Selasa, 15 Maret 2011

Kisah Sukses Para Wirausahawan Sukses kaos

Seri Wirausaha : Kisah Sukses Para Wirausahawan Sukses


Diadopsi dari: Berita WGTT edisi maret 2008 dan http://leadership-politic.blogspot.com/
TANGGA SUKSES IR. FURSAN (mantan kenshusei yang menjadi pengusaha)
Masa depan harus mulai dibangun sekarang juga ! Demikian salah satu pesan dari Pak Fursan yang saat ini telah mempunyai usaha sendiri di Bekasi. Sambil menikmati brownis Bandung, beliau menceritakan pengalamannya ketika bertemu saya di Bandung tgl 30 Desember 2007, beliau termasuk pekerja keras yang memulai karier murni dari angka nol. Beliau masuk pelatihan IMM Jepang di Lembang Angkatan 25 Bandung pada tahun 1995 selama 3 bulan, padahal waktu itu masih berstatus mahasiswa yang sedang kuliah S1 di Jurusan Teknik Mesin di sebuah universitas di Bandung.

Beliau memutuskan ambil cuti selama 4 semester berturut ? turut supaya bisa mengikuti program magang di Jepang yang waktu itu masih untuk jangka waktu dua tahun. Oleh IMM Japan ditempatkan di sebuah perusahaan di Nara Perfecture yang bergerak dalam bidang welding & metal work. Pekerjaan beliau sehari ? hari waktu adalah menekuni pengelasan dan membuat Jig & Fixture Proses pengelasan. Setelah selesai program magang, Pak Fursan kembali ke Indonesia Tahun 1997, kemudian banyak melakukan wawancara kerja saat kembali di Cevest Bekasi. Akhirnya beliau memilih bekerja di perusahaan PMA Jepang di daerah Karawang di bidang maintenance dan engineering support, kemudian satu tahun kemudian ada tawaran dari teman jepang untuk membantu di perusahaan yang berlokasi di Cikarang sebagai sales engineer sampai awal tahun 2003
Nama Perusahaan yang mereka bentuk tersebut adalah PT.Fako Karya Teknika, yang bergerak dalam bidang engineering service, design support dan spart parts. Usaha ini tidak membutuhkan bengkel yg luas, mereka memakai ruko (rumah toko) dimana lantai satu untuk bengkel dan lantai dua untuk design dan kantor, mempunyai 8 orang pekerja sebagai tenaga operator bidang mesin Bubut 2 orang, mesin milling 1 orang, Welder 3 orang, helper 1 orang, tenaga adminitrasi 2 orang. Lokasi PT Fako ini sangat strategis yakni di dalam kawasan Industri Jababeka Cikarang, tepatnya di jalan Beruang Raya Blok G3 No. 176, Tlp. 021 ? 82603649 (FA ? 2008).
PUSPO WARDOYO SUKSES BERBISNIS DENGAN MANAJEMEN KONFLIK
Bicara waralaba ayam bakar, ingat Wong Solo. Berdebat tentang Wardoyo, pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Malah dalam banyak hal, nama lelaki ini lebih beken ketimbang rumah makannya. Maklum, keberaniannya membuat acara Poligamy Award di suatu hotel beberapa waktu lalu, menimbulkan pro dan kontra. Apakah ia kebablasan dalam hal personal branding? Tunggu dulu. Ternyata, menurut pria kelahiran Solo 46 tahun lalu ini apa yang ia lakukan memang disengaja. Kok bisa?

“Saya harus menciptakan konflik terus-menerus di benak orang supaya orang membicarakan saya,” ujar Direktur PT Sarana Bakar Diggaya ini blakbalakan. Bahkan ia mengungkapkan, jika perlu, ia membayar orang untuk mendemo dirinya sendiri. Tujuannya, supaya orang selalu membicarakan dirinya tanpa henti dan polemik menjadi panjang. Contohnya, isu poligami.
Bagi Puspo, apakah orang membicarakan hal positif atau negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang penting, setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini, dikatakannya, penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Ia yakin, jika orang kenal Puspo, yang bersangkutan akan men-deliver hal itu ke Wong Solo.
Bagaimana Puspo bisa melakukan ini semua? Diceritakan, ketika pada tahun 1993 memulai bisnis ini, ia belum seterkenal sekarang. Ia memulai perjalanan usahanya dengan modal Rp. 700 ribu. Waktu itu orang mengenalnya hanya sebagai pedagang kaki lima di Bandara Polonia, Medan.

Namun suatu hari pada 1996, Koran daerah Medan, Waspada menulis seputar dirinya. Judulnya, “Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.” Sejak itu, bisnis rumah makannya sukses besar. Omsetnya naik 300%-400%. “Dari sini saya sadar dampak pemberitaan,” ujar mantan guru SMA di Bagansiapi-api, Sumatera Utara ini. Dan ia pun mulai mendekati pers.

Setelah cukup dekat dengan kalangan pers. Puspo mulai memahami cara kerja dunia pers. Antara lain, penting isu dalam pemberitaan. Sejak itu, ia mulai menciptakan isu atau konflik yang berkenaan dengan dirinya. “Isu atau konflik itu penting supaya media mau memberitakannya, tanpa kita memintanya,” ia menjelaskan. Isu-isu yang dibuatnya haruslah mengandung unsur tidak bermasalah. Malah kalau bisa, dengan isu tersebut, ia menjadi pahlawan. “karena seorang pionir adalah seorang pembuka, dan ia bisa disebut pahlawan,” katanya. Target besarnya adalah bagaimana mempromosikan bisnis.
Tentang sosok pahlawan ini, Puspo mencontohkannya dalam hal poligami. Ia memfigurkan dirinya sebagai pahlawan poligami. Sekaligus sebagai pengusaha rumah makan yang sukses dan andal. Di sini ia ingin meruntuhkan mitos bahwa poligami itu tabu.

Isu yang diluncurkan, antara lain sewaktu mendapat penghargaan Enterprise-50. Lalu, saat menerima penghargaan sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Presiden RI Megawati. Dan terakhir yang bikir geger Poligamy Award. Tak tanggung-tanggung, dana tak kurang dari Rp. 2 miliar dikucurkannya untuk acara ini.

Tentang isu poligami, Puspo berujar, “Ini positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak semua orang berani mengungkapkannya.” Toh, ia melihat, dari sisi agama, apa yang dilakukannya tak melanggar aturan. Ia sadar, banyak orang yang setuju dan banyak juga yang tak setuju. “Ketika orang bicara poligami, tak akan pernah tuntas,” ujarnya. Hal itu, ia menambahkan, akan memunculkan konflik di antara mereka.
Puspo mengakui ia sangat terkesan dengan isu Poligamy Award. Karena, setelah acara tersebut diselenggarakan, banyak sekali tanggapan dari masyarakat. “Ini puncak promosi saya,” ujarnya bangga. Diakuinya, ini isu yang paling berat dan seru yang pernah diluncurkannya. “Karena isu ini melawan arus,” tambahnya. Isu-isu tersebut ternyata tidak dibuatnya sendiri. Ia membentuk sejumlah tim. Tim yang terdiri dari para wartawan ini tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Badung, Surabaya, Solo, Malang, Bali dan Medan. Namun, ia tak menyerahkan pembuatan isu begitu saja kepada timnya. “Semua tetap di bawah kepemimpinan saya,” katanya. Dua minggu sekali ia mengadakan rapat untuk menetapkan isu dalam satu bulan.

Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu, beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga, dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan.

Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal, usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.

MARIUS “C59″ WIDYARTO SUKSES BERBISNIS DENGAN DESAIN KREATIF
Tentu sebagian besar dari Anda pernah mendengar nama kaus bermerk C59. Kesuksesan C59 tidak lepas dari kepiawaian penggagasnya, Marius Widyarto atau yang akrab dipanggil Mas Wiwied. Bermula dari rasa gusarnya melihat teman-temannya yang memamerkan kaos bergambar kota mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai bepergian dari luar negeri, Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus bergambar patung Liberty dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang dari luar negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia lebih sering didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk pekerjaannya.

Wiwied yang sejak kecil menyukai pekerjaan prakarya memulai usahanya dari rumahnya yang berukuran 60 m2 di Gang Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk kausnya dengan modal awal dari hasil penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti Murniati. Mental entrepreneur Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha keturunan di Bandung yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied menjalankan usahanya dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan, memotong,menjahit, menyablon sampai finishing disamping juga mencari order.
Usahanya meningkat ketika mendapatkan order dari Nichimen-perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pestisida, kaus itu untuk dibagi-bagikan ke para petani. Usahanya semakin terasa meningkat setelah mengikuti kegiatan Air Show 1986 di Jakarta yang diikuti pula oleh para peserta dari mancanegara.
Wiwied kemudian juga merambah bidang retail yang bermula dari menjual sisa order yang tidak memenuhi syarat yang ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat, pada tahun 1992, ia kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang kemudian memborong rumah di sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti Balikpapan, Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600 outlet di Indonesia dengan mempekerjakan sekitar 4000 karyawan.
Di mancanegara,Wiwied memiliki 60 showroom yang tersebar di Slowakia,Polandia, dan Czech dan bahkan kini ia juga sudah merambah jaringan Metro Dept.Store di Singapura. Keberhasilannya menembus mancanegara bermula dari beberapa stafnya yang bersekolah di luarnegeri yang biasanya membawa satu dua koper kaus C59 dan dijual pelan-pelan di sana, kemudian diadakan survey yang tenyata pasar di sana menguntungkan karena memiliki empat musim, sehingga tidak hanya bisa menjual t-shirt namun juga sweater atau jaket.
Wiwied juga memiliki sebuah pabrik di atas tanah seluas 4000m2 di daerah Cigadung, Bandung. Pabrik ini dibangun setelah mendapatkan kredit dari Robbie Djohan yang saat itu menjabat Dirut Bank Niaga pada tahun1993, ketika itu Bank Niaga memesan t-shirt ke C59. Di tahun yang sama pula ia mengubah bentuk usahanya menjadi PT. Caladi Lima Sembilan. Keberhasilan Wiwied dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang telah ia terima, diantaranya Upakarti 1996, ASEAN Development Executive Award 2000-2001,Dan pemenang I Enterprise 50.

Filosofi bisnis Wiwied sendiri terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita, lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.Sedangkan 9 cita-citanya adalah customersatisfaction, company profit, confident working atmosphere, control, collaboration, clear mind, creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody Woodpecker yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang garmen.

Salah satu kunci sukses Wiwied juga terletak pada penggalian ide desain yang tidak pernah berakhir, baginya riset desain sangatlah penting karena kekuatan produknya ada pada rancangan,apalagi industri t-shirt cepat berganti tren. Karyawannya pun mendapat kesempatan jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya untuk tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus. Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan lebih dulu, kemudian setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi produksi, pemilihan bahan,teknik cetak,warna, dan sebagainya. http://www.six-green.com/services/

Wiwied juga terlihat sangat piawai membangun networking, ia selalu berusaha membangun hubungan baik dengan supplier, support, customer, dan government. Ia sangat percaya bahwa relationship adalah kunci kesuksesan dari bisnis. Wiwied mengaku kalau dia merupakan biangnya koperasi,untuk itu ia juga mendirikan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya, omset koperasinya saat ini sekitar Rp 600 juta. Ia bangga karena telah dapat mewujudkan impiannya untuk membuka lapangan kerja bagi banyak orang 
http://www.six-green.com/services/

Bisnis Sampingan yang Omzetnya Puluhan Juta Rupiah

Bisnis Sampingan yang Omzetnya Puluhan Juta Rupiah

Minggu, 15 Agustus 2010 - 13:54 wib
Ilustrasi
Ilustrasi
Di mana ada usaha, di sana ada jalan. Begitulah prinsip hidup Bernart Ferry Ferdinand. Dia tidak pernah menyia-siakan kesempatan sehingga akhirnya sukses menjadi pengusaha garmen dengan pendapatan Rp40 juta per bulan.

Pria yang akrab disapa Ferry ini tidak pernah menyangka menjadi wirausahawan sukses seperti saat ini. Anak kedua dari empat bersaudara ini memulai usahanya dari nol dan membuktikan dengan bermodal niat dan kerja keras setiap orang bisa sukses. Ferry saat ini bekerja penuh (full time) di salah satu stasiun televisi nasional sebagai teknisi. Dia menjadikan usaha garmen sebagai bisnis sampingannya.

Meski begitu, dia mengakui usaha sampingannya tersebut lebih menjanjikan dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Usaha yang telah empat tahun dijalankannya tersebut berawal dari proyek kecil-kecilan. Menurut Ferry, di tempatnya bekerja, banyak karyawan yang memesan jaket ataupun pakaian secara massal untuk keperluan kantor. Tanpa menunggu lama, dia langsung memutuskan untuk menggarap proyek pemesanan kantornya.

“Dulu saya hanya sebagai distributor, penghubung antara pengusaha garmen dan pembeli. Namun,setelah kenal seluk-beluk usaha ini, tanpa pikir panjang langsung berminat buka usaha garmen,” kata kelahiran 21 Desember 1979 itu. Kebetulan, sejak bangku sekolah atas, Ferry hobi dan pandai membuat sketsa pakaian, khususnya jaket untuk pengendara motor. “Waktu itu masih iseng-iseng, belum terpikirkan untuk dijadikan bisnis,” ujar penyuka makanan pedas ini.

Ferry sempat kaget saat mengetahui modal yang dibutuhkan untuk membangun usahanya tidak sedikit. Otaknya pun berputar untuk mengakali rintangan pertama tersebut. Setelah berpikir matang, dia memutukan untuk meminjam modal dari bank sebesar Rp35 juta. Dari modal tersebut, Ferry melakukan efisiensi pengeluaran hanya untuk keperluan yang penting, seperti sewa tempat, mesin jahit dan bahan pakaian.

"Benar-benar modal nekat, Rp35 juta sudah saya perhitungkan pembagiannya untuk apa saja, agar tidak menghabiskan biaya yang tidak penting,” paparnya. Jalan Sukajadi No 46 Bandung dia pilih sebagai tempat usaha garmen pertamanya. Menurut Ferry, di daerah tersebut banyak sumber daya manusia yang memiliki keahlian di bidang garmen. Selain faktor tersebut, bahan pakaian relatif lebih murah, jika diperoleh di ibu kota Jawa Barat itu.

Tidak hanya sebagai pusat pembuatan usaha garmen, Ferry juga menjadikan tempat tersebut menjadi butik untuk memperjualkan barang dagangannya, seperti jaket, kemeja seragam, hingga kaus. Dengan tekad, kerja keras dan linkke beberapa perusahaan,lulusan Teknik Elektro Universitas Kristen Krida Wacana, Bogor, ini berhasil mencapai titik impas (break event point/BEP) dalam tempo dua tahun.

Setelah modal awal kembali, Ferry memutuskan untuk membuka toko garmen cabang terbaru. Setelah sempat melakukan survei ke beberapa tempat di wilayah Jabodetabek, Ferry akhirnya memilih Jalan Margonda Raya No 436 Depok menjadi lokasi cabang pertama usaha garmennya. “Margonda dikelilingi banyak kampus dan perkantoran, tempat yang tepat untuk membuka usaha dengan segmen target keduanya,” beber pria yang hobi automotif tersebut.

Saat ini Ferry membawahi 12 orang karyawan, delapan di Bandung sedangkan sisanya di Depok. Bandung dijadikan tempat pembuatan usaha garmennya, sedangkan cabang Depok hanya sebagai toko untuk memasarkan barang dagangannya. Pria yang masih betah melajang ini mengaku tidak pernah kesepian order. “Tapi waktu tahun ajaran baru sekolah biasanya pendapatan menurun, tidak signifikan.

Pesanan tetap banyak, baik itu dari mahasiswa maupun karyawan kantoran,” tandasnya. Dari usaha yang dijalankannya, Ferry mengaku dapat memperoleh keuntungan kotor hingga Rp35 juta per minggunya. Menurut dia ,mayoritas konsumen atau sebanyak 60 persen memesan jaket secara massal. Pembeli di toko yang dinamakan Zero Nine tersebut sebagian besar adalah karyawan kantoran, tapi Ferry juga mengatakan, banyak mahasiswa yang memesan untuk jaket almamater.

Harga jaket yang ditawarkan berkisar Rp150 ribu-170 ribu  per potong. Jika konsumen memesan lebih dari dua lusin, Ferry menawarkan harga diskon yang relatif lebih terjangkau. “Harga jaketnya bisa turun jadi Rp120 ribu-140 ribu. Semakin banyak semakin murah harga yang ditawarkan,”ujarnya. Untuk kemeja,Ferry memberikan pilihan harga mulai Rp60 ribu-85 ribu per potong.

Harga bergantung bahan yang dipesan. Semakin bagus bahannya, semakin mahal pula harga kemeja tersebut. Dia juga membebaskan konsumen untuk memilih desain jaket yang mereka inginkan.Ferry mengakui tidak ada penambahan harga untuk pemesanan model tersebut. “Selama tidak terlalu banyak aksesori yang digunakan,” tambahnya.

Saat ini,Ferry berencana untuk menambah satu butik dari usaha garmennya tersebut. Untuk butik yang ketiga ini, dia berencana membuka cabang di wilayah Jakarta Timur dan Bekasi. Dia beralasan,banyak konsumen yang tinggal dan berdomisili di kedua wilayah itu. “Kalau harus ke Depok kan jauh, sebab itu saya berencana akan menambah di Jakarta Timur atau Bekasi,” bebernya.

Ferry menyadari, usaha garmen sudah begitu menjamur. Apalagi di Bandung. Karena itu, untuk membedakan butik dan usaha garmennya dengan yang lain, setiap konsumen yang ingin memesan pakaian di Nine Zero boleh diukur sesuai dengan ukuran dan model yang diinginkan.

Hal ini menurutnya membedakan Nine Zero dengan tempat lainnya. “Kalau dibutik lain, hanya ada ukuran S,M dan L. Sedangkan kami mengukur panjang dan lebar dari pakaian setiap konsumen, hal ini memberi kesan lebih personal, karena setiap individu mempunyai ukuran badan yang berbeda-beda,” ujar Ferry. Dia mengakui dengan pengerjaan berdasarkan ukuran masing-masing konsumen, penyelesaian pakaian berjalan relatif lebih lama.

Namun, ini menjadi tantangan bagi Ferry untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu,sesuai dengan perjanjiannya dengan konsumen. “Untuk pemesanan minimal dua lusin, biasanya kami dapat menyelesaikan dalam kurun waktu dua minggu. Pemesanan lebih dari itu juga kami usahakan diselesaikan maksimal dua minggu,” tandasnya. Meskipun pengerjaan relatif lebih lama, Ferry juga selalu menjaga kualitas produknya dan berupaya memuaskan konsumen.

“Kepuasan konsumen adalah harga yang tidak ternilai, begitu juga saat konsumen komplain, rasanya seperti terpecut untuk lebih baik lagi,” tutup Ferry. Dalam berbisnis, setiap orang pasti mengalami pasang surut.Begitu pula dengan pria yang besar di kota Bogor tersebut. Sejak didirikan pada akhir 2006, usaha garmen Zero Nine belum pernah mengalami kerugian berarti.

Meskipun begitu,pengalaman dengan berbagai jenis karakter sifat konsumen pernah dihadapi Ferry. Pengalaman yang tidak terlupakan saat melayani konsumen dari komunitas pengendara sepeda motor atau yang jamak disebut bikers. Ferry bercerita, dia pernah didatangi beberapa orang yang ingin memesan jaket di butiknya. Dari pakaiannya, terlihat bahwa mereka adalah komunitas pecinta sepeda motor.

Setelah panjang lebar, konsumen tersebut memesan barang yang diinginkan.“Mereka minta pesanan cepat diselesaikan.Tapi, begitu selesai dikerjakan, mereka malah mengudur jatuh tempo waktu pembayaran dengan alasan uang belum terkumpul semua. Sebenarnya sih tidak masalah, tapi saya terpaksa harus menutupi biaya operasional untuk pengerjaan jaket tersebut,” paparnya. (heru febrianto)(adn)(Koran SI/Koran SI/rhs)

Kisah sukses Korban PHK Menjadi Pengusaha Garmen dan clothing

Kisah sukses Korban PHK Menjadi Pengusaha Garmen

Berbekal dana pinjaman dari keluarga dan pengalaman karier sebelumnya, Johanes Daloma nekat mendirikan usaha garmen sendiri. Salah satu merek produknya, Andre Laurent, kini tercatat sebagai salah satu pencetak penjualan terbesar untuk kategori pakaian pria di jaringan Matahari Department Store.http://www.six-green.com/

Bagi mereka yang rajin berbelanja di Matahari Department Store, pasti tak asing lagi dengan merek pakaian pria Andre Laurent. Produknya yang terdiri dari kemeja, celana panjang, jas dan jaket (formal dan informal) mengisi rak-rak pakaian pusat belanja milik Grup Lippo itu. Merek busana pria ini bersaing ketat dengan pemain sejenis antara lain Executive, Cardinal, dan Lawell. Kendati pesaingnya amat banyak, merek Andre Laurent mampu eksis. Bahkan, kinerja merek yang telah berusia 23 tahun ini belakangan terus meningkat.

Boleh jadi, karena kinerjanya yang oke itulah, pertemuan kami dengan Johanes Daloma, pemilik merek Andre Laurent terasa nyaman. Senyum ramah di wajah Presdir PT Bumi Pusaka Adhi Perkasa (BPAP), perusahaan pengelola merek ini, menyambut kami ketika menemuinya di Restoran Raja Laut di Jl. A. Yani Jakarta Timur – resto seafood yang dikembangkan setelah sukses sebagai pengusaha garmen.

Johanes menceritakan, berdirinya BPAP diawali kepahitan. Sebelum terjun ke bisnis garmen, ia bersama-sama temannya sekantor kehilangan pekerjaan, alias di-PHK-kan, karena tempat mereka bekerja, PT Dua Perintis, pemegang merek Executive 99, kolaps akibat krisis ekonomi saat itu. Meski sempat bingung mau kerja apa, Johanes yang sebelumnya banyak berkecimpung di bagian pemasaran garmen, memutuskan untuk membuka perusahan garmen baru. ”Saya mengajak kawan-kawan yang pernah satu company di Executive 99 yang dilikuidasi tahun 1985,” ujar pria kelahiran Jakarta 1 Mei 1949 ini.http://www.six-green.com/

Pada 1985 itulah BPAP berdiri. Lalu, ia merekrut sekitar 30 karyawan dari staf hingga tukang jahit. Dari mana modalnya? Sebagian pinjaman dari keluarga dan sebagian lagi dari pemasok. Untuk lokasi produksi, ia memilih sebuah rumah di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. “Pada saat itu kami hanya bermodal mesin Butterfly Singer yang pakai motor tempel,” katanya mengenang. Mengenai sokongan dari pemasok, menurutnya, karena bisnis garmen ini pada dasarnya kepercayaan, maka ia bisa mendapatkan kredit dari pemasok.

Pocky, Manajer Pemasaran dan Penjualan BPAP, mengakui secara finansial perusahaan ini tidak memiliki kapital yang besar, tetapi bosnya, Johanes, mampu membina kepercayaan para pemasok. Alhasil, mereka tetap mendukung dan memasok barang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Perusahaan selalu melakukan pembayaran dengan benar sesuai dengan ketentuan,” ujar Pocky.

Setelah 1,5 tahun berkembang, lokasi produksi pindah ke pabrik di kawasan Pulogadung. Menurut Johanes, menggarap bisnis garmen itu gampang-gampang susah. Pasalnya, bahan baku yang diterima dari pemasok kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya warna bahan tidak sama atau kancing tidak cocok. Itulah sebabnya, di industri ini pelaku garmen harus memiliki kemampuan kontrol mutu yang baik. “Persaingan begitu ketat dan makin sulit eksis,” katanya.http://www.six-green.com/

Johanes mengakui, dengan skala seperti sekarang mengelola perusahaannya lebih rumit ketimbang ketika masih berbentuk home industry. Sebab, ia harus mengurus banyak orang dengan berbagai macam karakter. Sebagai contoh, di satu sisi, ada masalah dengan upah minimum regional (UMR), sedangkan di sisi lain, karyawan tidak mencapai kinerja seperti yang diharapkan perusahaan. “Pemerintah harusnya memberi insentif karena industri ini padat karya,” ujarnya sambil menyebutkan total karyawan di pabrik mencapai 130 orang.

Merek pertama yang diluncurkan BPAP adalah Lu Cent. Adapun merek Andre Laurent diluncurkan kemudian pada 1988. Selain Andre Laurent, BPAP juga mengembangkan merek Stefanel yang ditujukan sebagai uniform atau seragam kantor. Juga ada merek Junior yang membidik pasar anak-anak. Saat ini, Andre Laurent merupakan merek andalan BPAP. “Lu Cent lebih ke menengah-bawah, sedangkan Andre Laurent sedikit menengah-atas,” ujar pria yang selalu berpakaian rapi ini. Di department store, yang paling banyak diminati konsumen adalah celana, jaket dan kemeja dari merek Andre Laurent. Harganya Rp 100-200 ribu per potong untuk celana, dan Rp 400-600 ribu untuk jaket.http://www.six-green.com/

Selain menitipkan produknya di department store, BPAP melayani pula pesanan seragam. Tak hanya dari Jakarta, tapi juga dari kota-kota lain di daerah. Beberapa pelanggannya yaitu HSBC, ANZ, serta beberapa perusahaan farmasi dan sekolah. BPAP tidak mematok jumlah minimum pesanan. Contohnya, SMU Kanisius memesan tiap tahunnya secara rutin rata-rata 200 potong untuk acara pelepasan kelulusan.

Selain bermain di pasar lokal, BPAP pun pernah menjajal pasar ekspor seperti Australia, Malaysia dan Belanda. Hambatannya, menurut Johanes, karena perusahaannya relatif belum besar, konsentrasi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal terpecah. Padahal standar yang diminta untuk masuk ke pasar ekspor sangat tinggi dan detail. “Dari Australia masih ada order 500-1.000 potong tergantung event. Kami bukan menolak, kalau bisa syukur, kalau tidak ya tidak mengejar,” katanya simpel.

Untuk memasarkan produknya, tampak jelas BPAP mengandalkan distribusi lewat department store. Salah satunya mitra terbesarnya adalah Matahari, dengan menerapkan sistem konsinyasi. Menurut Johanes, alasan ia bermitra dengan Matahari, lantaran department store ini cukup toleran terhadap mitra-mitranya. Selain itu, pertumbuhan gerai Matahari cukup tinggi, yakni bisa membuka hingga 10 gerai baru per tahun. Untuk mengimbanginya, BPAP juga harus mempersiapkan produk-produknya. Saat ini kapasitas produksi BPAP mencapai 15 ribu potong per bulan, padahal dulu hanya 1.000 potong per bulan. “Yang jelas, kami tidak asal bikin,” kata Johanes.

Uniknya, dalam memasarkan produknya, Johanes mengaku, BPAP tak memiliki bujet promosi yang jelas. Toh, Andre Laurent sering mengadakan kerja sama barter dengan beberapa radio berupa vocer belanja. Johanes menyebutkan, karena keterbatasan dana, promosi lebih banyak dengan pola below the line (BTL) dengan mengandalkan pramuniaga. “Jangan cuma mengharapkan satu orang beli, tapi bagaimana mengajak temannya atau keluarganya ikut beli juga,” ia berujar.http://www.six-green.com/

Diceritakan Johanes, di tengah perjalanan perusahaannya sempat terpuruk manakala krismon tahun 1998. Selain permintaan menurun, suplai bahan baku dari pemasok juga sulit. Untuk mengatasi situasi itu ia menyesuaikan jumlah produksi dengan kemampuan perusahaan.

BPAP pun berusaha selektif. Saking selektifnya, perusahaan ini tak segan-segan menarik produknya dari pasaran jika dinilai tidak cocok. Alasannya, hal itu akan berpengaruh terhadap citra produk perusahaan.

Untuk menyiasati persaingan, lanjut Johanes, BPAP tetap bertumpu pada kualitas. Khususnya, pola (pattern) dan kenyamanan dalam mengenakan produk fashion. Ia menerangkan, orang Indonesia mencari merek tertentu bukan karena harganya, melainkan lebih pada pattern-nya. “Orang pakai sepatu beberapa bulan rusak bukan karena modelnya, tetapi karena pattern-nya,” ucap pehobi renang dan jogging ini. Adapun inovasi yang dilakukannya pada produk Andre Laurent yaitu menyediakan kantong kecil yang ada di dalam saku celana. Fungsinya sebagai tempat handphone atau korek api.

Untuk mengembangkan usaha garmennya ini, Johanes mulai melirik segmen young generation. Menurutnya, selama ini merek Andre Laurent dikenal sebagai produk untuk kalangan profesional. Padahal target pasar untuk kalangan anak muda sangat besar. “Kami akan buat Andre Laurent versi young generation. Apalagi, di musim graduate,” ujarnya.

Menurut Gunawan S. Tejokusumo, Manajer Merchandising for Man Wears Matahari Department Store, brand Andre Laurent di Matahari termasuk yang banyak dicari saat ini. “Untuk celana dan jas peringkat tiga, di bawah The Executive dan Cardinal,” kata Johanes yang mengakui BPAP sudah lama bekerja sama dengan Matahari. Pertumbuhan dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yang positif, rata-rata tumbuh belasan persen per tahun. “Penyebarannya cukup banyak, Batam hingga Ambon, dan hampir di seluruh gerai Matahari produknya ada.”
http://www.six-green.com/
Oleh : Yuyun Manopol & Moh. Husni Mubarak

Sumber : swa.co.id dalam http://ruangmaya.wordpress.com/2009/03/11/korban-phk-yang-sukses-jadi-pengusaha-garmen/

wajib anda miliki untuk bisnis kaos distro online

5 hal yang wajib anda miliki untuk bisnis kaos distro online

Bisnis kaos distro saat ini sudah mulai menjamur dimana-mana. Jika anda pergi ke pusat pembelanjaan anda akan menemukan banyak outlet-outlet kaos distro. Sehingga yang tadinya kota Bandung merupakan pusat kaos distro, saat ini mulai melebar ke berbagai kota besar.
Demikian juga dengan strategi marketing,era internet yang sedang booming membuat bisnis kaos distro juga merambah ke dunia online. Jika anda saat ini juga ingin mencoba bisnis kaos distro online, ada beberapa hal yang harus anda miliki. Berikut kami sampaikan 5 (lima) hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online.
1. Website
Ini merupakan hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online. Website adalah sebagaimana layaknya kios atau ruko dalam bisnis offline. Website adalah tempat anda untuk memasarkan apapun produk yang anda miliki. Website juga menjadi tempat untuk anda dan pelanggan anda untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam transaksi online. Oleh karena itu anda harus membuat website anda menarik, mudah untuk di baca dan juga jangan lupa mengikuti kaidah SEO agar mudah bagi search engine seperti google, yahoo dan bing untuk meng-index website anda.
2. Alamat Email
Email juga mungkin bukan hal yang baru untuk anda dan mungkin selama ini anda menggunakan email dalam kegiatan kerja anda. Jika anda ingin bisnis kaos distro online, maka alamat email merupakan hal yang wajib anda miliki. Dalam dunia bisnis online, komunikasi menggunakan email merupakan hal yang praktis dan murah. Pembeli akan merasa nyaman jika mereka dapat menghubungi anda secara online agar lebih efektif.
3. Yahoo Messenger
Selain alamat email, account Yahoo Messenger (YM) juga merupakan hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online.  Dengan menggunakan YM pembeli akan bisa langsung melakukan komunikasi secara online dan menanyakan mengenai produk yang akan mereka beli.
4. Facebook
Tahun 2010 social networking saat ini menjadi trend dan salah satu social networking yang banyak digunakan adalah Facebook. Pengguna facebook yang meningkat merupakan salah satu pangsa pasar bagi anda untuk memperkenalkan produk anda. Oleh karena itu saat ini memiliki account Facebook juga merupakan hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online.
5. Twitter
Serupa dengan facebook, account twitter saat ini juga menjadi hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online. Walaupun hanya terbatas 140 karakter untuk inputnya, akan tetapi terbukti twitter menjadi social networking yang ampuh untuk sarana promosi, sehingga saat ini perusahan-perusahan besar juga menggunakan twitter sebagai sarana promosi online produk mereka.
Demikian 5 hal yang wajib anda miliki jika ingin bisnis kaos distro online, meski demikian anda bisa menambahnya sesuai dengan keperluan bisnis online anda masing-masing.

meningkatkan penjualan kaos distro anda

3 cara untuk meningkatkan penjualan kaos distro anda

http://six-green.com/
Setelah dalam posting sebelumnya telah dibahas mengenai 5 hal yang wajib anda miliki dalam bisnis kaos distro online, berikut akan dibahas mengenai strategi penjualan. Dalam bisnis kaos distro online, strategi penjualan merupakan hal yang sangat penting yang perlu anda miliki untuk meningkatkan penjualan.
Dalam menggunakan cara yang digunakan untuk meningkatkan penjualan memang tidak ada rumus yang pasti, semua tergantung kondisi dan kemampuan anda dalam melaksanakannya. Berikut akan kami sampaikan 3 (tiga) cara untuk meningkatkan penjualan kaos distro anda.

1. Memasang iklan
Apakah selama ini website anda sudah dikenal oleh orang ? jika website anda sudah dikenal oleh orang berarti anda tinggal memaksimalkan penjualan, jika ternyata website anda belum dikenal berarti anda harus mencari cara agar website anda bisa dikenal oleh orang. Bagaimana cara mengetahui bahwa website anda sudah dikenal oleh orang ? caranya sangat mudah. Anda bisa mengetahui dengan melihat statistik pengunjung website anda. Jika jumlah pengunjung website anda sudah banyak perharinya maka bisa diasumsikan website anda sudah dikenal oleh orang.
Salah satu cara agar website anda dikenal atau dikunjungi oleh orang adalah dengan memasang iklan. Anda bisa memilih apakah memasang iklan yang berbayar atau gratis, semua tergantung pilihan anda. Hanya saja biasanya dengan memasang iklan yang berbayar kemungkinan website anda dikenal oleh orang akan lebih besar. Pilih website yang banyak dikunjungi oleh orang sehingga pemasangan iklan anda efektif, misalnya di detik.com, eramuslim.com dan lainnya.

2. Memberikan diskon
Cara yang bisa anda lakukan untuk meningkatkan penjualan kaos distro anda selain memasang iklan untuk mendatangkan pengunjung dan dikenal oleh orang adalah memberikan diskon jika ada pembelian.
Dalam memberikan diskon juga harus dengan perhitungan, yaitu harga penjualan dengan diskon tetap memberikan keuntungan untuk anda walaupun mungkin hanya sedikit. Selain itu berikan juga persyaratan dalam memberikan diskon, misalnya diskon akan diberikan jika membeli kaos distro 2 buah kaos.

3. Memberikan hadiah
Serupa dengan memberikan diskon, memberikan hadiah juga bisa dilakukan untuk meningkatkan penjualan kaos distro. Misalnya jika membeli kaos distro 10 buah akan mendapatkan hadiah 1 buah kaos gratis atau bisa juga hadiah yang lainnya.
Strategi memberikan hadiah ini biasanya akan sangat menarik pembeli untuk membeli kaos distro anda. Hanya saja tetap anda harus melakukan perhitungan mengenai hadiah apa yang akan anda berikan, sehingga anda tetap mendapatkan keuntungan dan tidak merugi. Dalam memberikan hadiah juga bisa dioptimalkan dengan memberikan batas waktu pembelian kaos agar lebih menarik pembeli untuk segera membeli.
Demikian 3 cara untuk meninhgkatkan penjualan kaos distro anda semoga bermanfaat untuk semua.
http://six-green.com/

kaos dan kaos design

buat kaos dan jaket djogjakarta dalam dan luar kota 1


081931194193 buat kaos dan jaket djogjakarta
dalam dan luar kota

mau bikin kaos store -tshirt on line

jogerbali
Contoh clothing company sukses .. Joger!
Mendirikan clothing company atawa distro kaos tampaknya sudah menjadi trend di kalangan anak muda saat ini. Selain karena model bisnisnya yang mudah dipahami (modal bikin kaos satu rata-rata Rp 30.000,- lalu dijual dengan harga lebih dari itu) dan sudah terbukti (penghasilan Dagadu, Joger dan C59 per bulan saat ini tampaknya bisa mencapai skala miliaran), proses mendirikannya pun terbilang mudah dan sangat sederhana. Ente tidak percaya? Teruskan membaca langkah-langkah kecil di bawah:
THE BIRTH OF A CLOTHING COMPANY
1. Pada awalnya adalah ide
6a00e54fafb9508834010535cfe543970b-800wi
Ceritanya begini:
Suatu hari ente sedang bersepeda di alam pedesaan yang hijau nan permai. Di saat ente sedang asyik menggenjot kereta angin, eh tiba-tiba ente disalip oleh rombongan penunggang motor gede yang ugal-ugalan. Lucunya, di saat ente sedang diliputi amarah gara-gara peristiwa tadi, ente kemudian justru tertawa-tawa sendiri. Nah lho, apa sebab? Ente tertawa karena ada salah satu penunggang moge yang mengenakan kaos bertuliskan “makan tuh debu!” di bagian belakang kaosnya.
Ente pulang dengan penasaran sambil berpikir untuk membuat kaos tandingan. Tapi apa ya?
Di persimpangan jalan, ada seorang penggembala itik yang sibuk dengan piaraannya. Waktu berpapasan, Ente dan sang penggembala tadi saling melempar senyuman diikuti dengan sapaan. Anda bilang, “Mari Pak …”, lantas si penggembala menjawab, “Monggo-monggo mas…” Ente tersenyum senang karena kejadian ini.
Tak lama kemudian idepun tiba-tiba muncul ..
“Hei … aku dapat!” Ente meledak girang di atas sepeda, “Pakai kata-kata ini aja nantinya.”
MONGGO DISALIP, ASAL SOPAN
JUST DESIGN!
2. Ribuan desain dimulai dari satu
frontsplash
Sesampainya di kos-kosan (ceritanya Ente masih kuliah di kampus biru nih), Ente buka aplikasi pengolah gambar dan foto, The Gimp (maklum, Ente masih ragu membajak Photoshop). Dengan langkah cekatan, zet..zet…zet…, desain kaos itu pun akhirnya jadi. Jrengg …… mantap! Ente begitu yakin dengan keindahan dan nilai jual kaos ini sehingga Ente pun memutuskan untuk menjualnya.
Tapi di mana?
note:
Tutorial mendesain kaos yang paling bagus untuk sementara ada di blognyaRichard fang – Jurus Grafis. Grab it here !
MARKETING: DON’T HIRE MARK PLUS & CO YET!

3. Pilih sendiri lapak gratisanmu!
Sebagai anak muda di era Web 2.0, Ente tentu saja sudah tahu harus ke mana mencari jawaban pertanyaan tadi, “Di mana kita bisa menjual desain kaos tanpa harus membayar biaya sewa toko/kios?” Kemungkinannya kurang lebih ada lima: KASKUSFACEBOOKTOKOPEDIAWORDPRESS, atau BLOGGER.
Di antara kelima opsi ini, Ente langsung memilih KASKUS. Selamat, Ente benar. Sampai detik ini, kaskus masih menjadi situs paling populer untuk menjual barang pecah belah seperti kaos yang baru saja Ente desain tadi. Lalu Ente kembali bertanya, “Bagaimana cara menjual kaos di kaskus? Kalau bisa yang efektif dan ampuh.” Ente pun langsung membuka Google dan voila … hasil pencarian dari si mbah google ternyata membawa Ente ke blog distro kaos. Ini kan blog milik saya, blog tentang dunia bisnis kaos yang sedang Ente baca sekarang. Hehehehe … (saya ge-er sedikit gpp kan)
salesman
SELLING WITHOUT THE SALESMAN
4. Sistem Pre-Order
Selain gratis, salah satu keuntungan Ente menjual di kaskus adalah karena ekosistem pasarnya yang tidak keberatan dengan model penjualan pre-order. Dengan model ini, si pembeli tidak keberatan untuk membeli kaos Ente – biasanya dengan cara mentransfer uang via bank – meskipun itu baru dalam tahapan desain. Walhasil, alih-alih repot menyablon di awal dan mengambil risiko rugi jika kaos tidak laku, Ente justru bisa menyelamatkan kantong Ente dengan menjajal dulu minat konsumen.
Coba dulu; jual di kaskus, perlihatkan desain Ente, tetapkan harganya, lalu perhatikan apa yang terjadi. Ada yang mau membeli tidak? Kalau quota pemesanan sudah mencapai 12 pcs atau 24 pcs, Ente tinggal membawa kaos hasil desain Ente ini ke tukang sablon di kota Ente. Untuk Ente yang sedang mencari kaos yang lagi ngetrend di kaskus, ente bisa membaca tulisan saya sebelumnya, 5 tipe kaos yang laris di Kaskus .
PRODUCTION: KEEP THESE STANDARDS
5. Bahan Kaos, Teknik Sablonan, dan Tipe jahitan
kaos-distro-278x300
Untuk bahan kaos, jangan ragu untuk menggunakan standar kaos-kaos distro zaman sekarang; katun kombed 20s atau 30s (cotton combed 20s or 30s). Kedua bahan ini diklaim halus, ringan (30s lebih ringan ketimbang 20s) dan enak dipakai. Untuk teknik penyablonan, mintalah yang bertpe rubber. Sementara untuk tipe jahitan, jangan lupa meminta tipe rantai. Kalau ketiga hal ini sudah digabung, kaos yang kamu desain tadi hampir pasti sudah masuk ke dalam standar nasional kaos distro.
Sekian dulu tulisan episode pertama. Di episode berikutnya, kita akan membahas tentang packaging, shipping, memilih nama, dan ….. ada dua lagi yang dirahasiakan. Keep reading me, Ok.

PACKAGING: CLEAN, NEAT, FRAGRANCE, BOX.
6. Bungkus itu penting lho..
MacBook Box SCREEN
Kalau bisa kayak gini nih ..
Dalam dunia industri fashion seperti distro kaos, kemasan atau bungkus produk ente bakal sangat penting. Pembeli biasanya sangat konsen dengan hal-hal kecil seperti ini. Mereka berani memuji distro kaos yang mengemas kaosnya dengan bagus. Sebaliknya, mereka juga tidak segan menyindir, mengejek, bahkan menghina distro kaos yang asal-asalan dalam mengemas produk-produknya.
Untuk isu packaging, pastikan distro kaos ente memegang ketiga hal ini: kaos terlipat rapi, bersih, wangi, dibungkus plastik, lalu dimasukkan ke dalam box. Untuk yang terakhir memang tidak wajib, tapi kalau bisa membuat box yang unik untuk satu kaos, konsumen pasti tambah takjub dan terkagum-kagum dengan distro kaos ente. Dan kalau konsumen sudah kagum, mereka akan jadiloyal evangelist untuk brand atau merk distro ente. Gratis, tanpa dibayar ataupun diminta.
Membuat satu box yang unik untuk satu kaos memang membutuhkan biaya tambahan. Tapi terkadang itu tidak jadi masalah buat konsumen. Mereka tidak segan membayar lebih untuk kemasan yang lebih indah dan manusiawi.
SHIPPING: DON’T USE COLUMBUS’ QUEEN MARIA
7. Tiki-JNE kan saja ….
ship 2
Jangan pakai kapal ini ya..
Kalau ente mengirim kaos ke konsumen memakai jasa dari PT Pos Indonesia, pelanggan mungkin akan mencak-mencak ketika telat. Lantas mereka akan menyemprot, “Kok nggak pakai tiki-jne aja sih? mahal dikit kan ga papa asal cepet nyampenya….”
Nah karena rata-rata konsumen di Indonesia sukanya menggunakan alibi ini, ada baiknya bila ente langsung aja memakai tiki-jne dari awal. Dus, ketika kiriman ente datang terlambat, ente bisa balik beralibi, “Wah itu di luar tanggung jawab kami pak/mas/mbak/bu/dik, yang jelas kalau pakai jasa pengiriman lain mungkin bakal lebih lama.”
note:
Argumen tentang jasa pengiriman ini belum tentu valid dan bisa berubah suatu hari nanti. penulis hanya menggunakan asumsi dari keadaan terkini dan pendapat umum terhadap kondisi riil di lapangan.
CHOOSE YOUR CLOTHING NAME WISELY
8. Sebagus dan seunik mungkin
Salah satu momen terindah dalam mendirikan distro kaos adalah saat memilih nama. Sungguh, ada begitu banyak kemungkinan kata, frase, klausa, atau gambar yang bisa menjadi nama distro kaosmu. Tapi apa pun itu, cegahlah diri ente dari aksi kopi-paste brand milik orang lain.
Contoh, ente sebaiknya jangan memakai merk WATERBOLT karena saat ini sudah ada yang menggunakan merk FIREBOLT. Tapi kalau ente tetap maksa memakai merk itu, ada kemungkinan orang-orang akan menganggap bahwa distro kaos ente adalah tiruannya FIREBOLT. Kalau sudah begini, ente sendirilah yang rugi besar. Maklum, para konsumen kaos-kaos distro biasanya adalah mereka yang mencari desain original tingkat tinggi dari merk yang original pula. Jadi intinya jangan menjadi ZZZBERRY kalau hanya ingin meniru BLACKBERRY! (kecuali kalau untuk kaos, hehehe …)

KEEP IT SIMPLE & DON’T BE STUPID!
9. Sabar, sabar, dan sabar….
Semua distro kaos terkenal harus berhasil menjual satu kaos – saya ulangi SATU KAOS – dulu sebelum berhasil menjual ribuan pcs atau jutaan pcs kaos. Jadi, jika ente sudah mendirikan clothing company tapi dalam seminggu, sebulan atau dua bulan belum ada satupun yang laku-laku, maka ente jangan sedih. Seperti subtitledi atas, “KEEP IT SIMPLE & DON’T BE STUPID!”, tugas ente selaku founder, owner, sales, marketer, atau bahkan sekaligus designer adalah untuk berusaha, berusaha, lalu mencoba dan mencoba sebanyak dan sesering mungkin. Tidak perlulah ente mengeluhkan keadaan cuaca, iklim, kondisi ekonomi, keadaan keluarga, latar belakang pendidikan, dsb., hanya untuk dijadikan alibi kegagalan sementara ente dalam menjual kaos ente. Pokoknya jalani dan nikmati saja, oke …
Ingatlah, ada begitu banyak jalan untuk menuju kesuksesan, tapi hanya ada satu cara untuk gagal; QUIT! Sederhana sekali, semua orang gagal di seluruh dunia memiliki satu ciri yang sama, mereka adalah orang-orang yang termasuk ke dalam tipe QUITTER!
CSR: SUCH TICKET TO GO TO HEAVEN
Slumdog-Millionaire-young-actors
Kalau sudah sukses bantulah mereka…
10. Aksi sosial ala ente
Ente sedih melihat anak-anak jalanan yang berpakaian lusuh, bau dan rombeng di sana-sini? Hei, kenapa tidak membantu mereka? Dari sekian persen keuntungan, ente bisa menyalurkan uang ente untuk anak-anak ini. Masih ragu bersedekah dengan uang, bagaimana kalau ente mendesain kaos khusus untuk mereka. Buatlah kaos yang berisi pesan-pesan khusus.
Contoh:
GUE CAPEK JADI PENGEMIS
GUE PINGIN PUNYA CLOTHING COMPANY SENDIRI!
note:
CSR = Corporate Social Responsibility
Wow, alhamdulillah. Akhirnya selesai juga dua episode tulisan ini. Semoga ada manfaatnya. Kalau ada uneg-uneg langsung saja ke bagian komentar di bawah ya.

kaos bikin di six-green aja

kaos KREATIF INDONESIA kaos

http://www.six-green.com/
Indonesia memang terkenal sebagai salah satu negara konsumsi, mulai dari lektronik, sampai makanan. Tapi di balik itu semua Indonesia juga terkenal dengan proses produksinya. Salah satunya produksi kaos
atau yang lebih kita kerucutkan lagi menjadi konveksi kaos.
Sebelum dicanangkannya program yang berhubungan dengan industri kreatif di Indonesia oleh pemerintah, yang salah satunya berhubungan dengan industri fashion di masyarakat sebenarnya sudah berkembang bisnis-bisnis yang sekarang ini dimasukkan dalam ketegori bisnis kreatif.
Konveksi termasuk salah satu industri kreatif tersebut, salah satunya karena bisnis ini merupakan rangkaian proses produk yang output produknya salah satunya adalah kaos yang berkaitan dengan kreatifitas, mulai dari model, desain sampai pemilihan warna. Konveksi kaoskini menjadi salah satu primadona bisnis menengah-kecil yang mulai menjamur di seluruh Indonesia. Konveksi kaos tersebar merata hampir di seluruh daerah di Indonesia, dengan pusat industry berbasis di pulau Jawa.
Menjamurnya distro dan clothing merupakan salah satu faktor yang turut mendukung juga menjamurnya bisnis konveksi kaos. Para pemilik distro dan clothing di Bandung saja sebagai contoh, sudah pasti akan menggunakan jasa penjahit yang tersebar di berbagai lokasi yang biasanya berbentuk rumahan untuk membuat berbagai produk dari kaoskemejasweater, tapi kebanyakan memang memproduksi kaos.
Kaos sendiri memang menjadi primadona di berbagai negara, mulai dari anak-anak sampai orang tua memakai kaos. Sebagai produk fashion, kaos merupakan salah satu produk yang tahan banting dan terus populer sampai sekarang. Padahal berdasarkan sejarahnya, kaostermasuk produk fashion yang dalam strata paling bawah.
Fungsi penggunaan awal kaos adalah untuk para tentara, tapi kaos kini telah berevolusi menjadi salah satu produk fashion paling trendy. Ketahanannya bukan hanya karena mampu beradaptasi dengan kondisi ekonomi, karena kaos tersedia mulai dari harga yang murahsampai yang mahal, tetapi kaos juga menyediakan tempat bagi para desainer atau para pelaku kreatif untuk bereksplorasi dalam mendesain gambar, patern atau corak warna kaos, baik itu bahan kaos sendiri yang berwarna-warni atau gambar yang ada di kaos yang bisa sangat bervariasi.
Teknik sablon serta bahan dasar cat pun terus berkembang, bahan dasar dan tehnik dasar mungkin masih sama dari jaman dulu, tapi eksplorasi mix and match tergantung pada para pelaku industri kreatif ini.
Konveksi kaos sendiri mengerjakan mulai dari pola, bahan, pembuatan sampai kaos itu jadi, yang berbeda biasanya hanya proses sablon. Sablon sendiri biasanya dikerjakan oleh tenaga ahli yang sudah pengalaman dengan berbagai tehnik yang memang memerlukan kemapuan khusus, jika akan menghasilkan hasil sablon yang baik.
Selain untuk distro biasanya para pelaku konveksi juga ada yang memfokuskan bisnis mereka untuk memproduksi kaos promosi atau kaos merchandise. Secara proses produksi hampir tidak ada perbedaan, perbedaan bisanya dari jenis bahan, desain serta jumlah pesanan. Kaos promosi biasanya digunakan oleh perusahaan, lembaga, event organizer atau perorangan untuk mempromosikan sebuah produk, atau bisa juga dijadikan souvenir produk tertentu. Bahan yang digunakan juga biasanya berbeda dari bahan kaos untuk fashion. Jumlah order pun bisanya cukup banyak.
Kaos merchandise sebenarnya hampir mirip dengan kaos promosi, tapi merchandise lebih merujuk pada sebuah produk yang dijadikan sumber ide. Misalnya merchandise kaos untuk produk handphone tertentu, maka desain akan merujuk pada brand tersebut, atau misalnya merchandise kaos untuk band, maka kaos akan selalu merujuk pada band tersebut, desain bisa berupa nama band, gambar personelnya atau apapun yang berkaitan dengan band tersebut.
Dalam pengerjaan proses produksi, konveksi kaos tentu akan tergantung dari pesanan klien, mulai dari bahan, desain sampai packaging biasanya akan disesuaikan dengan pesanan.Konveksi sebagai pelaksana produksi akan bergantung pada pakem tertentu yang telah disepakati dengan pihak yang memberi order kaos.
Sumber: dari berbagai sumber

mau bikin kaos store -tshirt on line

bikin kaos dan jaket on line aman terpercaya








Jl.gedong kuning selatan kg pilahan kidul 1/891rejowinagun koatagede 55171
081931194193 / sixgreen_creative@yahoo.com/ ruangvisualmagz@gmail.com

okezone distro

DISTRO berasal dari singkatan distribution store. Berfungsi menerima titipan dari berbagai merek dari clothing company lokal yang memproduksi sendiri produknya.

Dikarenakan belum mempunyai tempat pemasaran sendiri atau ingin memperluas pemasarannya, clothing company ini akrab disebut dengan distro. Bila ditanya siapa pelopor berdirinya clothing company dan distro di Bandung? Pasti sulit mencari jawaban yang pasti karena semua berawal dari usaha kecil dengan gaya promosi dari mulut ke mulut.

Adapun clothing company adalah produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula. Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekadar menitipkan produk mereka ke distro. Kehadiran sejumlah distro dapat dibilang sudah menjadi sebuah fenomena. Hal ini membuat para pelaku distro tidak lagi dipandang sebelah mata, dan juga sudah menjadi sebuah industri, bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan.

Salah satu penyebab kehadiran distro adalah krisis moneter yang melanda Indonesia pada beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut mengakibatkan harga produk sandang, pangan, dan papan melangit. Khusus untuk produk sandang atau pakaian, memicu banyak anak muda untuk menyediakan produk ready to wear dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang cukup baik.

Selain itu, distro menawarkan desain baru dan umumnya tidak memproduksi dalam jumlah massal. Karena itu, konsumen tidak perlu khawatir produk distro yang dibelinya pasaran. Hal pertama yang harus dimiliki ketika hendak membuat sebuah distro adalah semangat dan idealisme yang tinggi untuk menjalankan bisnis independen ini.

Karena berbeda dengan bisnis umum lainnya, bisnis clothing/distro membutuhkan idealisme tersendiri agar clothing/distro tersebut bisa memiliki visi dan karakter yang jelas. Selain itu usaha ini memiliki semangat kemandirian dan militansi yang tinggi untuk menjalankan bisnis independen ini.

Menurut pengelola distro Bandung Mode, Irvan Darwin, distro merupakan salah satu industri kreatif yang mungkin paling besar mendapatkan reaksi positif dari masyarakat. Indikasinya terlihat dari tingginya minat masyarakat membeli berbagai produk barang yang dititipkan di distro.

Apalagi pada umumnya berbagai barang yang dijual di distro relatif mengikuti perkembangan kebutuhan anak muda. Karena itu tidak heran kalau semua produk yang dihasilkan clothing relative mendapatkan respons positif dari anak muda. "Target pasarnya cenderung ke anak muda. 15-25 tahunlah. Namun, masyarakat yang berusia 40 tahun ke bawah juga suka membeli produk distro," sebutnya.

Dia menuturkan, sebenarnya masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak untuk memulai berinvestasi pada distro. Cukup Rp500.000, masyarakat sudah bisa berusaha pada bisnis ini. Dana sebesar itu dipergunakan untuk membuat beberapa baju dengan desain menarik. Untuk menjualnya, tinggal melakukan pendekatan kepada teman pribadi.

Irvan berkeyakinan cara tersebut relatif berhasil dalam menjual produk tersebut. Sebab, pada saat pertama kali membuka usaha ini pada 2006 lalu, Irvan hanya mengeluarkan uang di bawah Rp500.000. Namun sekarang, Irvan telah berhasil menjual produknya di Sumatera Barat. Dia berharap dalam waktu dekat, akan kembali membuka distro di berbagai daerah lainnya.

Selain memiliki modal awal, bagi yang hendak membuka distro harus juga mempunyai kreativitas. Khususnya dalam menghasilkan berbagai produk, seperti t-shirt, dan jaket. Sebab, salah satu ciri khas bisnis distro adalah jumlah jenis barang yang dijual harus terbatas. Karena itulah, tanpa adanya kreativitas yang tinggi, akan mustahil menjual berbagai produk yang "segar".

Setelah mengetahui berbagai celah yang bisa dimasuki dalam usaha ini, dia berkeyakinan hanya dalam waktu yang relatif tidak lama, masyarakat sudah bisa merasakan balik modal. "Untuk penjualan ritel, satu baju bisa mendapatkan keuntungan antara 20 persen hingga 30 persen," tuturnya.

Owner Saqina Distro Busana dan Perlengkapan Muslim, Ines Handayani, menjelaskan, usaha distro dipilihnya karena usaha jenis ini cenderung bisa eksis ketika pasar sedang jenuh. Ini karena jumlah produk yang ditawarkan dan sistem penjualannya relatif berbeda dengan factory outlet.

Ines mulai berusaha pada distro pada 2004. Pada saat itu, dirinya mengeluarkan biaya sebesar Rp100 juta untuk investasi aset bangunan yang terletak di Jln Duren Tiga Raya, Jakarta Selatan. Sementara untuk isi toko sebesar Rp5 juta. Dengan bekerja keras, pada saat ini Ines telah memiliki beberapa outlet di sejumlah daerah, seperti di Jawa Timur.

Owner Distribution Outlet "Sempurna" Ahmad setiawan Putra, mengaku, modal awal untuk membuka usaha hanya Rp500.000. Dana sebesar itu dipergunakan membuat beberapa baju. "Kemudian saya tawarkan ke teman-teman," ucapnya.
(sindo//tty)

http://lifestyle.okezone.com/read/2008/11/10/29/162307/search.html

Tips dan Trik Bagaimana Membuka Usaha Clothing Kaos

Sebelumnya mohon maaf, tip dan trik ini hanya sekedar tulisan ringan saya, barangkali mengganggu dan kurang bermanfaat silahkan dilewatkan saja. Modal pertama jika mau membuat sebuah usaha clothing seperti produk2 dari distro di Bandung yang terkenal itu. Modalnya cuma kemauan dan semangat oh iya jangan ketinggalan jiwa entrepreneur, ga usah minder kalo ga bisa design, ga usah minder kalo ga bisa nyablon, apalagi minder karena ga bisa jahit. Kalo ga punya modal gimana? Tenang2 ga usah panik,hehe..kamu-kamu ga usah punya modal besar buat beli mesin konveksi, alat2 sablon plus mesin press nya yang harganya lumayan mahal. Ok2 kalo modal ga usah dipikirin dulu, sekarang saya coba sebutin apa2 saja yang dibutuhin buat bikin usaha ini.
  1. Pikirin IDE dasarnya dulu, ini penting banget. Kaos seperti apa yang pengen kita bikin. Tema atau Topik, Karakter dan target market yang mo di bidik (waduh kaya sniper aja maen bidik!) Kalo asal-asal kaos dijamin deh ga bakal bertahan lama dan kalah sama pemodal2 besar.
  2. Bikin Brand, ini langkah kedua harus ditempuh, untuk hal ini jangan dengerin Shakepeare, biarin dia ngomong “apalah arti sebuah merk eh nama”. Banyak untungnya produk kita ber-merk, merk membuat produk kita beda, merk membuat produk kita unik, merk membuat produk kita tidak menjadi komoditas (aduh jangan sampe deh produk kita jadi komoditas, karena nantinya kita harus bersaing disisi harga. Ujung2nya kalah deh sama pemodal raksasa). Untuk mendalami merk, saya merekomendasikan bukunya mas Ippho Santosa yang berjudul HOT BRANDING.
  3. Nah kalo udah dapet idenya, bikin TIM. Disini nih EQ (Entrepreneur Question) kita diuji. Pertama cari yang jago design (Utamain Bisa Corel Draw dan Adobe Photoshop), Designer ini nantinya yang bikin kaos Temen2 punya kharakter sendiri, harus beda dan unik tentunya. Jadi si designer ini harus ngerti banget ide dasar yang udah temen2 tentuin di point pertama. Sebagai percobaan minta dibuatin beberapa design, mulai dari Brand, logo sampe design kaosnya.
  4. Sekarang langkah keempat, masih dibagian pembentukan TIM, cari penjahit sama toekang sablon, cari yang berpengalaman dan udah jago supaya produk kita berkualitas tinggi. Kalo udah dapet baru beli mesin jahit konveksi sama alat2 sablon. Untuk mesin jahit kaos minimalnya kita harus punya, mesin potong kain, mesin jahit high speed, mesin obras, dan mesin overdeck lebih bagus lagi punya mesin jahit rantai dan setrika uap. Nah kalo peralatan sablon antara lain mesin, Screen, Rakel, Meja sablon plus Meja pembuatan Film, hot press, Pasta, Pewarna, Obat emulsi, Obat pembersih dll…
  5. Waduh2…kalo mulai bingung kita bisa melewatkan point 4 yang sarat modal. Wuasyik berarti bisa ga modal dong, Hush…mana ada usaha ga modal sama sekali. Ga perlu pusing proses produksi plus modal produksinya. Banyak kok yang nyediain jasa makloon produksi, dari mulai jasa makloon jahit sampe jasa makloon sablon. Nah tinggal bagaimana temen2 jeli mencarinya. Hehe..
  6. tinggal sekarang nyiapin peralatan tempur, oops peralatan produk clothing temen2

  • Kain. Banyak sekali Jenis kain untuk t-shirt dari mulai Higet (biasanya untuk kaos partai), PE dan TC (Banyak mengandung bahan polister, jadi agak panas), Katun combat, Katun Kardet, Double Nit, Single Nit, Lacoste dll. Nah kalo standar kaos-kaos distro pake katun Combat (kualitas terbaik). Masalah harga tinggal tanya sama toko2 penjual kain kaos (ya iyalah..) rata-rata harga katun kombat Rp. 45.000-Rp 60.000 / kg. yang paling murah warna putih dan hitam yang paling mahal. 1 Kg bisa di buat menja di 3,2 kaos dewasa laki-laki lengan pendek, kalo panjang paling jadi 1,5 kaos. Oh iya jangan lupa beli rib, rib itu kerah buat di kaos oblong. Rib juga ada yang katun ada yang PE. Kalo mau bikin kaos berkerah (wangki) beda lagi bukan pake rib, tetapi pakenya kain kaos juga yang dibentuk kerah.

  • Label ini biasanya ada di leher kaos bagian belakang dalem, label fungsinya sebagai identitas produk kita, karena memuat logo, ukuran dan merk produk. Harganya murah Cuma Rp 700- 1500 /pcs tergantung warna, ukuran dan design, tapi jangan seneng dulu, harganya memang murah tetapi minimal pesanan harus banyak biasanya minimal 500 lusin. Nah lo….
  • Tag . Tag dipakai untuk aksesoris brand kaos yang memuat info produk seperti harga, kode, ukuran, sama identitas produk atau bisa juga contact person produsen . Tag biasanya dibuat dari kertas atau plastik dengan sistem cetak atau sablon. Kalo mau dicetak harus buat banyak. Untuk memasang tag ini memakai tag gun bersama tag pin. Harga tag gun sekitar Rp 50.000 dan tag pin sekitar Rp.25.000 sudah dapet 1 kardus.
  • Kemasan. Kemasan ini sebagai pemanis dari produk bisa dibuat dari plastik, box atau kain. Lebih baik lagi pada kemasan ini terdapat identitas produk.
Nah sekarang kalau sudah jadi jangan lupa kirimin saya satu, hehe…tugas terberat adalah masarin produk. Disini EQ (entrepreneur Questions) sangat dibutuhkan.
Okeh…tip & trik nya segitu dulu…cape nulisnya, hehe…kalo masih bingung silahkan ajukan pertanyaan. Insya allah di jawab. Oh iya tip & trik ini Cuma buat pemula yang belum pernah sama sekali terjun kebisnis kaos. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
LEARN BUSSINES, FOR BETTER LIFE
Wassalam,

distro dan clothing sejarah

Siapa sangka, dari sebuah skatepark kecil di salah satu sudut Taman Lalu Lintas Bandung (Taman Ade Irma Suyani), di awal tahun 1990-an, menjadi tempat bersejarah yang melatar belakangi perkembangan fashion anak muda Bandung dalam satu dekade terakhir ini. Skateboard kemudian menjadi benang merah yang menjadi ciri dan eksplorasi fashion dan lifestyle yang dielaborasi oleh para pelakunya dan membentuk gaya anak muda Bandung hingga saat ini.

Pertemuan di Taman Lalu Lintas membuat Didit atau dikenal dengan nama Dxxxt, Helvi dan Richard Mutter (mantan drumer Pas Band), kemudian bersepakat mengelola sebuah ruang bersama di Jalan Sukasenang Bandung. Ruang ini kemudian dikenal sebagai cikal bakal yang munculnya bisnis clothing lokal untuk anak muda di Bandung. “Cari nama dit, si helvi bilang gitu..waktu itu lagi ngomong-ngomong soal Cihampelas,” Dxxxt mengawali ceritanya ketika saya bertanya darimana nama Reverse berasal.

“Kenapa ya, si Cihampelas itu ngga bikin produk-produk dengan merek-merek sendiri, kenapa mereka bikin mereknya reply lah, armani lah.. kenapa ga bikin sendiri, reverse misalnya.. trus Helvi bilang nama itu bagus. Ya udah akhirnya dipakai buat nama toko.” Tahun 1994, mereka membangun studio musik dan toko yang menjual CD, kaset poster, T-shirt, majalah, poster dan asesoris band yang diimport langsung dari luar negeri. Pilihan yang spesifik, membuat barang yang dijual di Reverse, tak bisa didapatkan di toko-toko lain di Bandung pada saat itu.

Reverse pada saat itu menjadi tempat berkumpulnya komunitas-komunitas dari scene yang berbeda. Punk, hardcore, pop, surf, bmx, skateboard, rock, grunge, semua bisa bertemu di tempat itu. PAS dan Puppen adalah beberapa band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse. Richard sendiri sempat membentuk record label independen 40.1.2.4 yang rilisan pertamanya berupa album kompilasi “Masaindahbangetsekalipisan”, pada tahun 1997. Band-band yang ikut dalam rilisan itu diantaranya Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room sebagai band satu-satunya dari Jakarta yang masuk dalam kompilasi ini.

Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, bisnis yang dijalani Reverse, mengalami masa sulit sampai akhirnya tutup. Mereka tak mampu lagi membeli barang-barang dari luar negeri kerena nilai dolar terhadap rupiah melambung tinggi dan tak terjangkau. Namun kondisi sulit ini justru melahirkan fase baru dalam perkembangan industri clothing Bandung. Helvi vetaran Reverse, kemudian membangun clothing label bernama Airplane yang memulai usahanya pada tahun 1997. Bukan hanya itu, bersama Dxxxt dan Marin, Helvi membangun record label bernama Fast Foward pada tahun 1999.

Airplane yang didirikannya bersama dua rekannya yang lain: Fiki dan Colay, resmi berdiri pada tanggal 8 Februari 1998. “Awalnya sih kita udah ngga mampu lagi beli barang-barang impor karena mahal dan krisis moneter. Waktu itu kita mikir, kita bikin apa ya? Soalnya kalau beli, ngga ada yang cocok, pengen kaos yang kaya gini ngga ada.. yang gitu ngga ada.. awalnya dari situ, ya udah kita bikin sendiri deh yang pasti dengan background masing-masing. Semua dipengaruhi oleh kehidupan sehari-hari yang kita senangi aja.. biasanya dari skateboard, trus kita juga main musik, trus itu mempengaruhi ke grafis desain clothing itu sendiri. Jadi emang akhirnya macam-macam.” Jelas Helvi ketika saya temui di kantor Airplane di jalan Titiran Bandung.
Transformasi Reverse sebagai clothing company, dimotori oleh Dxxxt pada bulan Februari 2004. Didukung oleh Marin, Wendi Suherman dan Indra Gatot sebagai mitra usahanya. Reverse kemudian menjelma menjadi label yang memfokuskan dirinya pada fashion untuk pria. Urban culture yang menjadi keseharian tim kreatifnya, menjadi inspirasi dalam desain produk-produk Reverse.

Sementara kegemaran skateboard, bmx dan surfing yang ditekuni Dandhy dan teman-temannya, justru memotivasi mereka untuk membuat produk-produk yang mendukung hobi yang mereka cintai. Bukan hal yang mudah untuk menemukan fashion penunjang kegiatan surfing di Bandung pada saat itu. Maka tahun 1996, dari rumah di dago 347 Bandung, mereka mulai memproduksi barang-barang yang menunjang hobi mereka untuk digunakan sendiri. Ternyata apa yang mereka pakai, menarik perhatian teman-teman mereka. Seperti halnya Airplane, dengan modal patungan seadanya mereka mulai memproduksi barang-barang yang mereka desain untuk kebutuhan hobi mereka itu, untuk dijual di kalangan teman-teman mereka sendiri dengan label ‘347 boardrider co.’ Toko pertamanya dibuka pada tahun 1999 dan diberi nama ‘347 Shophouse’ di Jalan Trunojoyo Bandung. Demikian pula Ouval yang muncul di tahun 1998. Awalnya juga dibentuk dengan semangat untuk mengelaborasi hobi skateboard para pendirinya.

Hobi dan semangat kolektivisme terasa sangat kuat mewarnai kemunculan clothing label dan clothing store pada masa itu. Masih di tahun 1996, Dadan Ketu bersama delapan orang temannya yang lain membentuk sebuah kolektif yang diberi nama Riotic. Kesamaan minat akan ideologi punk, menyatukan ia dan teman-temannya. Riotic menjadi label kolektif yang memproduksi sendiri rilisan musik-musik yang dimainkan oleh komunitas mereka, menerbitkan zines, dan membuka sebuah toko kecil yang menjadi distribusi outlet produk kolektif yang mereka hasilkan. Riotic juga dikenal konsisten dalam mendukung pertunjukan-pertunjukan musik punk rock dan underground yang saat itu kerap diselenggarakan di Gelora Saparua Bandung.
Generasi Global
Saat saya menceritakan apa yang dilakukan anak-anak muda Bandung dengan industri clothingnya, pada teman saya, seorang penulis buku “Lubang Hitam Kebudayaan”_ sebuah buku yang mencermati perkembangan budaya massa di Indonesia sampai fase reformasi 1998_Hikmat Budiman, dia berkomentar “Anak Bandung itu jago menyerap desain ‘arsitektur’ global, dibanding dengan anak muda di kota lain. apa yang terjadi di tingkat global, bisa diterjemahkan dan disiasati oleh mereka dan dijadikan komoditas gaya hidup baru dan menjadi trend. Mereka mendefinisikan kembali coolness yang sesuai dengan konteks mereka. selain itu juga ada pasar yang menyerap komoditas baru itu.”

Jika dicermati lebih jauh, apa yang terjadi di bandung pada dekade 90an, memang tak bisa lepas dari kecenderungan global pada saat itu. Musik dan gaya hidup, sebagai dua hal yang tak terpisahkan, memberi pengaruh sangat besar dalam perkembangan fashion anak muda Bandung. Sejak generasi Aktuil di tahun 70’an, Bandung dikenal sangat adaptif pada perkembangan musik dunia. Ketika merunut aliran musik apa saja yang berkembang dalam dekade 90’an, kita bisa melihat bagaimana perkembangan musik itu mempengaruhi eksplorasi anak muda Bandung di bidang fashion. Grunge, yang dipengaruhi oleh punk, muncul di awal tahun 90’an. Sepatu Doc Martens, Converse high top sneaker dan kemeja flanel yang menjadi trend fashion sampai pertengahan tahun 90. Pada kenyataan flanel di gunakan para musisi beraliran grunge ini karena murah dan hangat. Saat grunge kemudian digantikan oleh musik alternatif di pertengahan 90’an dan Nu-Metal yang dimotori oleh Korn sampai menjelang akhir 1990, fashion ini masih terbawa. Hip hop yang banyak digemari para skateboarders dan mempengaruhi perkembangan musik R&B memberi warna lain pada dekade itu. Scene hardcore atau scenecore atau disebut juga emo dan gaya yang dibawa aliran musik pop punk yang dipengaruhi membawa trend fashion yang bersilangan diantara keduanya dan dipengaruhi oleh gelombang ketiga pop punk yang dipelopori oleh Green Day, Good Charlote, Simple Plan.

Extreme sport (diantaranya skateboarding dan surfing), mencapai popularitasnya di tahun 1995. ESPN sebagai saluran extreme sport dan hanya dapat ditonton melalui antena parabola, menjadi salah satu rujukan para skateboarder Bandung pada saat itu. Rujukan lain seperti majalah Thrasher, yang mencitrakan skateboarding sebagai olah raga yang didasari oleh semangat pemberontakan dan akrab dengan ideologi punk, sementara Transworld Skateboarding terasa lebih moderen, beragam dan menjaga citra para bintang skateboarding. Termasuk juga masuknya MTV ke Indonesia yang memperkenalkan lifestyle baru dengan jargon-jargonnya: ‘MTV beda’, ‘MTV Gue Banget’. Perbedaan menjadi komoditas yang dirayakan bersama-sama.

Ketika awal 90’an, fashion skateboarding dunia dipengaruhi oleh perkembangan street skateboarding yang sangat kental nuansa punk rocknya. Baggy dengan oversize denim dan t-shirt extra large menjadi trend pada saat itu. Sementara pertengahan sampai akhir tahun 1990an, trend fashion dalam dunia skateboarding berubah lebih ‘ramping’. Ukuran jeans dan T-shirt, menjadi lebih pas di badan. Bahkan beberapa skateboarder menggunakan jeans dan t-shirt ekstra ketat.

Perubahan ini membuat gaya fashion dalam dunia skateboarding terbagi menjadi dua kategori: “punk” (ketat dan ngepas badan) dan “baggy” meski pada prakteknya pembagian itu menjadi sedikit lebih rumit. Celana shagging jeans atau baggy, sweater dari bahan katun atau poliester dengan pull over dan kantong kangguru di depannya atau disebut juga hoodie, baseball caps, dan sepatu vans. Gaya skate punk inilah yang kemudian banyak dieksplorasi dalam desain clothing anak-anak muda Bandung. Majalah katalog seperti Suave, yang terbit di Bandung dengan jelas memperlihatkan pengaruh itu. Pada akhir 90’an apa yang disebut “punk style clothing” menjadi tagline baru dalam perkembangan industri clothing global. Gaya punk kemudian menjadi sesuatu yang mainstream, mendunia dan menjadi mapan.

“Kita emang banyak dipengaruhi oleh musik yang kita sukai, dari label-label skateboard yang kita pakai dulunya, karena kita besarnya, growing upnya di situ. Karena musik ini kan sangat terkait dengan fashion,” Helvi yang juga creative director Airplane, mengakui hal itu.
Pendapat helvi diperkuat Arian tigabelas, mantan vokalis Puppen dan kini menjadi vokalis band Seringai “Ada fenomena yang menarik ceuk urang mah, dulu Bandung terkenal dengan band-band yang keren-keren tapi waktu berlalu dan rupanya band nggak terlalu menghasilkan/menghidupi, dan kini para pelaku band tersebut pindah ke clothing. Jadinya terus terang band Bandung yang punya nama ‘gede’ sekarang udah ngga signifikan. Tapi clothing jadi industri yang lebih jelas bisa menghidupi iya, karena main band ternyata tetap kere sementara realitanya musti punya modal hidup.”

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat dalam dekade 90’an, menjadi faktor penting dalam proses yang disebut Hikmat Budiman sebagai penyerapan desain arsitektur global. Ketika tahun 1995 bisnis Internet Service Provider (ISP) mulai berkembang di Jakarta, menurut catatan Kompas, Bandung menjadi salah satu dari tiga kota pengguna jasa internet terbesar. Jika saat itu tercatat di ada sekitar 14 ribu pemakai internet di Indonesia, Bandung menjadi kota pengguna internet terbesar ketiga (1.000 pengguna), setelah Jakarta (10.000 pengguna) dan Surabaya (3.000 pengguna). Bagaimana kemudian perkembangan teknologi informasi ini diserap dalam waktu yang hampir bersamaan di Bandung. Belanja online yang dilakukan Reverse untuk memperoleh produk-produk import yang mereka jual kembali di Bandung. Juga yang dilakukan Anonim yang muncul tahun 1999, mengikuti jejak pendahulunya dengan menjual t-shirt import merchandise band yang dipesannya melalui internet.

Dalam perkembangannya, eksplorasi desain clothing anak-anak muda Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa lebih eklektik dan eksperimental. Majalah Trolley (alm 2001-2003), sempat menerbitkan suplemen khusus mengenai gaya street fashion Jepang ini dalam salah satu edisinya.
Pergeseran kiblat kreatif global dari Amerika ke Inggris/Eropa dalam tiga tahun terakhir ini, juga terasa pengaruhnya. Perubahannya sangat jelas terasa dalam scene musik. Street culture Inggris dan Eropa kemudian menjadi sumber rujukan baru dalam mengelaborasi desain produk-produk clothing kemudian. Tahun 2006 ini, Fast Foward record, telah dua kali mendatangkan grup musik dari Eropa untuk pentas di Bandung_King of Convinience (Norwegia) dan Edson (Swedia).

Ketika masa kekuasaan Orde Baru berakhir, kehidupan sosial politik Indonesia mengalami banyak perubahan di era reformasi. Warga Bandung memperlihatkan pola relasi yang baru dengan ruang-ruang publik yang ada di kota Bandung. Beragam aktivitas dan perayaan dilakukan di jalan. Jalanan seperti Dago, menjadi catwalk publik yang mengundang siapa pun yang datang untuk menampilkan gaya dandanan mereka. Individu kemudian mendapat ruang untuk mengekspresikan diri. Saat itu, banyak pertunjukan-pertunjukan musik yang kemudian disponsori oleh clothing company yang mulai memiliki kemampuan ekonomi.
Selain karena minat pada musik yang mereka sponsori, acara-acara seperti itu kemudian menjadi salah satu strategi bersama untuk mempromosikan merek produk-produk clothing yang mereka buat. Monik, Celtic dan Popcycle management, dikenal secara berkala menyelenggarakan konser La Viola bekerjasama dengan pusat Kebudayaan perancis (CCF) bandung. Marin, selain menjadi salah satu pemilik Monik, Celtic, Fast Foward, Reverse clothing Company, juga memiliki TRL bar di Jalan Braga. dari bar kecil itu pula, eksplorasi musik elektronik yang banyak mewarnai perkembangan musik global beberapa tahun terakhir ini, banyak dilakukan. Salah satu pilihannya adalah sekolah Drum n Bass yang dimotori oleh DJ xonad, jenis electronic dance music ini berkembang di Inggris pada dekade 90’an dan semakin dikenal pada awal tahun 2000 serta berkembang di beberapa negara Eropa dalam dua tahun terakhir ini.

“Karena Bandung kotanya kecil, jadi mau ngapa-ngapain gampang… lagian orang-orangnya kekeluargaan, cair banget, babaturanlah, semua dianggap sama,” Ujar Dede anonim, seperti saya kutip dari tulisan Gustaff H. Iskandar, ‘Fuck You! We’re from Bandung. Kondisi inil, masih menurut Gustaff, membawa berkah istimewa bagi perkembangan musik dan juga street fashion di Bandung. Dan mendorong pertumbuhan clothing store (distro) di Bandung.

Sejumlah Persoalan

Di masa boom clothing store 2003 lalu, Kompas pernah menulis: “Adapun untuk membuka sebuah distro, hanya dibutuhkan modal “nekat”. cukup menyediakan sebuah ruangan kecil, misalnya mengambil salah satu sudut rumah seperti garasi. Lalu barang-barangnya bisa digunakan sistem jual titip, dengan menerima titipan barang dari berbagai clothing company. Bila barang-barang titipan itu laku terjual, barulah disisihkan keuntungan untuk si distro (clothing store).”
Namun pada prosesnya tidak sesederhana itu. Modal nekat saja tidak cukup. Bagaimanapun bisnis yang dilatari oleh hobi dan kesenangan pun mengandung bermacam resiko. Benturan kepentingan yang mempertentangkan antara bisnis dan idealisme, menyeruak sebagai sebuah konsekuensi yang harus dihadapi dan disiasati.

“Saya bukan orang bisnis tadinya, akhirnya saya harus belajar bisnis, kasihan guanya gitu..” Seloroh Dandhy dalam sebuah Gathering Komunitas Kreatif di Bandung, bulan April lalu. “Gua ngerasa banyak hambatan dalam kreativitas karena banyak kepentok,” meski ucapan Dandy itu bernada main-main, namun pada prakteknya, keseriusan dalam mengelola bisnis ini memang menjadi proses adaptasi yang berat. Beberapa Clothing yang sudah cukup kuat seperti Airplane dan 347/eat, sengaja menyewa konsultan manajemen dan bisnis untuk memberi masukan dalam pengembangkan usaha mereka. Fiki manajer bisnis sekaligus salah satu pendiri Airplane mengaku, saran-saran bisnis dari konsultan profesional tidak seluruhnya bisa di terapkan. “Tetap aja, kita harus nemuin cara yang paling sesuai dan enak buat kita jalani. Ngga bisa sepenuhnya berdasarkan teori manajemen.” Hal serupa juga dirasakan Dandhy. Konsultan bisnis yang mengawasi kinerja dirinya dan teman-temannya, malah membuat mereka bekerja dalam suasana yang tidak nyaman. Akhirnya Dandhy memilih mengembalikan suasana kerja yang nyaman, meskipun itu berarti tanpa konsultan bisnis.
Fiki, menjelaskan, untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. “Gua ngejalanin Airplane ini bener-bener disiplin. Kita muterin duit yang ada dan disiplin untuk ngejalanin itu. Dan ngga pernah ada suntikan dana lagi sejak dana awal. Airplane bediri udah sejak tahun 1997, tapi bener-bener ngejalanin bisnisnya sejak buka toko, tahun 2001. Sejak September 2001, waktu itu kita mulai dengan uang kurang dari 10 juta untuk sewa tempat dan kita udah punya omset yang lumayan, tapi kalau ada lebihnya kita simpen dan dipake untuk produksi lagi, nambahin modal. Karena kita punya sedikit pengetahuan tentang administrasi juga, makanya bisa tertib administrasi dan itu kerasa banget gunanya.”
Namun tidak semua clothing company memiliki kemampuan untuk membayar konsultan bisnis atau melakukan pembagian kerja yang jelas. Bagi clothing company yang muncul belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu.
Dari segi pengembangan desain, tidak banyak juga yang melakukan riset dan pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003, follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat dibutuhkan waktu dan proses yang lama. Menanggapi kekawatiran desainnya dijiplak, baik Helvi maupun Dandhy, justru tidak merasa kawatir. Bagi Helvi, kondisi seperti itu, malah membuat ia lebih fokus lagi menemukan karakter desain Airplane. Begitu pula Dandhy, jika imagenya sudah kuat, tak perlu kawatir dengan para peniru. Keseriusan dalam soal desain dan visual inilah yang kemudian membedakan dan menjadi ciri antara clothing satu dengan yang lain.
United we stand
Waktu menunjukan hampir tengah hari. Cuaca begitu cerah. Ruang tengah Jalan Kyai Gede Utama 8 Bandung, terasa guyup, menggantikan kelengangan yang biasa terasa. Sekelompok anak muda duduk-duduk santai di bangku-bangku kayu, di taman terbuka. Wajah-wajah lama, generasi pertama clothing Bandung paska 1995, bercampur dengan wajah-wajah baru generasi pengikutnya. Bukan hal yang mudah, mengumpulkan mereka dalam satu waktu. Riuh suara canda dan tawa, bercampur kicauan burung-burung yang sejak lama menghuni pepohonan di sekitarnya. “Sekarang kita mau jadi seperti apa? Arahnya apakah asosiasi yang dijalankan dengan praktek mafia? Atau gimana? Apakah kita bikin asosiasi untuk bikin counter yang menjegal praktek kartel? Atau asosiasi ini hanya mengakomodasi kepentingan dan ideologi yang sama, dan menghancurkan lawan yang berbeda pandangan? Atau tujuannya sosial atau kemanusiaan.” Dandhy pemilik clothing 347/eat, melemparkan pertanyaan itu ke forum. Perdebatan panjang tiga puluh orang yang hadir disitu pun dimulai. Canda tawa, berubah serius. Masing-masing sibuk memikirkan jawaban dan saling beragumen sampai berjam-jam kemudian. Saya hadir disitu, mencatat waktu. Hari itu, Senin, 12 Juni 2006. Hari dimana asosiasi para pengusaha clothing yang dinamai ‘Forum Komunikasi Pengusaha Clothing Bandung’, di deklarasikan.

Bagi saya, ini memang sudah waktunya, ketika akhirnya para pengusaha muda clothing Bandung ini mau bersatu padu membuat Forum Komukasi. Hal ini bukannya tanpa sebab. Mereka yang selama ini tak terpetakan sebagai potensi ekonomi, tiba-tiba bukan hanya dilirik, tapi coba dirangkul pemerintah lewat program bantuan Industri Kecil dan Menengah, Disperindag. Mengutip apa yang diberitakan Harian Pikiran Rakyat tanggal 8 Juni 2006, Drs. H. Agus Gustiar, M.Si., selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), “Bagaimanapun kekuatan kita ada pada IKM. Supaya lebih kuat, semua IKM harus bersatu untuk membuat terobosan baru yang bisa mengangkat Bandung khususnya.” …Agus yak