Rabu, 26 Januari 2011

Hobi Sampai Clothing

Dari Hobi Sampai Clothing



Cetak
PDF
http://www.six-green.com/
sumber : http://fokal.info
E17-Profil2Kota Bandung dan Yogyakarta memang dijuluki kota yang penuh dengan kreatifitas. Tapi untuk masalah clothing atau distro, Bandunglah primadonanya. Mengalahkan pamor factory outlet yang dulu pernah merajai bisnis di Bandung, clothing tidak mudah dilupakan anak muda dan semakin berkembang. Ade Andriansyah pemilik distro Flashy dan Ketua Kreative Independent Clothing Kommunity, mengungkapkannya.

Berawal dari apa sih ide buat distro ini?
Awalnya sih muncul dari hobi istri saya sejak kuliah dulu. Dia senang berbelanja. Nah ide bikin usaha ini berasal dari hobi dia, saya membantu merealisasikan saja. Eh ternyata bisa jadi bisnis dan penopang hidup sampai sekarang. Mulai merintis bisnis ini sejak ada krisis moneter di Indonesia, sekitar tahun 1997. Waktu itu sebenarnya susah sekali untuk membuat usaha. Bahan kainnya saja mahal, jadi kita membuat minimal quantity. Akhirnya dibuatlah 1000 pieces. Ya, uangnya dari mana juga jadi cuma bisa buat segitu. Kan modal awalnya dulu cuma 500 ribu dan hanya berputar disitu saja. Ya Alhamdullilah sampai sekarang dengan cara seperti itu bisa tetap survive terus dan malahan bertumbuh. Didukung dengan perkembangan musik indie, majalah independent juga tumbuh, itulah yang saling menguatkan dan membantu.

Kalau membayangkan dulu saja, ya Allah, bikin tas saja susah. Tas wanita misalnya, kan ribet dilihat dari detilnya dan bahannya. Saat ke penjahit untuk meminta membuatkan lima buah tas, penjahit itu langsung bilang, “Mending saya buatbackpack selusin saja!”. Gara-gara itulah harga satu tas mahal dulu, dan tetap saja ribet buat penjahitnya.

Dulu toko ini sama sekali nggak dilirik. Produknya masih sedikit karena memang modal sedikit. Kita berjuang dari modal yang benar-benar minim. Kadang berpikir, aduh bulan depan masih ada nggak ya? Harapan sih tinggi tapi mencapainya dulu itu terasa sulit. Kita juga nitip barang ke distro-distro.

Ada brand atau clothing yang unik manajerialnya.  Mereka gajian tanggal 10 atau 11 setiap bulannya. Padahal kan normalnya akhir bulan. Mereka gitu karena nunggu uang konsinyasi masuk dan cara seperti ini masih dipertahankan sekarang.

Kalau dulu, kita sendiri tidak sempat terpikirkan untuk membagi hasil penjualan. Misalnya untuk dana promosi sekian, bahan baku, dan lainnya. Kalau ada syukur bisa langsung gaji pekerjanya. Tapi sekarang ada manajerialnya. Makanya kalau sekarang ada event atau hal lainnya, kita juga menjalankan edukasi market dan sebagainya untuk memperkenalkan produk. Ini yang selalu kita lakukan karena memang ini sudah menjadi mata pencaharian kita dan  itu mata rantainya sudah panjang sekali. Misalnya yang terlibat langsung di toko, sekitar 30-40 orang, belum dari penyedia bahan, penjahit, itu belum yang lainnya. Yang terlibat dibelakang ini kan sangat banyak. Alhamdullilah dengan usaha ini, saya dan teman-teman bisa membuka lapangan pekerjaan baru.

Bagaimana cara Anda mempertahankan usaha ini?
Setiap merk clothing itu memiliki ciri khas masing-masing. Terkadang bisa disesuaikan juga dengan musim. Misalnya, akhir-akhir ini nih sedang musim baju yang motifnya kotak-kotak, ya kita berusaha mengikuti tapi tetap dengan ciri khas masing-masing. Contoh God Inc. Dia selalu memakai warna hitam dan itu menjadi ciri khasnya. Ada sih warna lain, tapi presentasenya sangat sedikit. Kalau Flashy sendiri, kita terfokus pada produk wanita. Jadi dibuatnya wanita banget. Kalau untuk tas, istri saya lebih suka yang simple karena kalau bagus pasti cepat dipilih. Tidak perlu melihat pernak-pernik tambahan lainnya.

Pernah ada yang protes produk Anda ada yang cacat?
Oh, ada aja. Sebenarnya barang kita juga sudah melewati proses quality control, tapi tetap saja ada yang terlewat. Seperti bahan yang cacat, gantungan yang mudah copot atau tas yang cacat di dalamnya. Tapi kalau saya punya prinsip kalau ada complain apa pun pasti diterima dan sebisa mungkin langsung kita ganti yang baru. Misalnya kalau ada konsumen yang memberi tahu ada yang cacat, saya langsung tarik barang itu baru nanti kita tanya ke tukang jahit, kenapa bisa begini. Tapi kalau memang cacat bahan ya sudah, mau gimana lagi. Beda warna bahan saja sudah kitareject. Kita maunya kepuasan konsumen terpenuhi, maunya kan konsumen balik lagi daripada terbeli tapi kecewa.

Kalau ada anak muda yang mau memulai bisnis ini, apa sih kiat-kiatnya?
Sebenarnya sudah mudah sekarang. Bahan dan penjahit ada dimana-mana, tinggal modal desain, jadi sebenarnya mudah. Kita tinggal desain, minta dibuatkan, lalu tinggal titipkan di distro-distro yang memang punya nama. Misal mau punya brand sendiri, tinggal buat. Yang susah adalah mempertahankan karena masih banyak orang yang memandang bisnis ini sebelah mata atau sebagai sambilan saja. Padahal kalau diseriuskan bisa menjadi mata pencaharian utama. Tapi memang ada yang membuka banyak cabang diluar kota sehingga mereka harus rajin mengeceknya. Bukannya sok sibuk, tapi karena kita mengerjakan ini sendiri dan menjaga kepercayaan terutama barang-barang yang kita titipkan di distro orang.

Flashy sendiri punya cabang nggak di kota lain?
Sampai saat ini masih belum. Di luar kota hanya ada konsinyasi dan sistem beli putus. Ada yang di Medan, Padang, Aceh, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, Lombok, Bali, Surabaya. Untuk tokonya sendiri, kita baru ada di Jl. Dipati Ukur, Jl. Sultan Agung, dan baru akan dibuka di Buah Batu, Bandung. Ketika saya memutuskan untuk membuka toko di Sultan Agung, ternyata marketnya beda dengan di Dipati Ukur. Karena di Sultan Agung memang tempat berkumpulkan berbagai distro dan clothing. Nah kalau yang di Dipati Ukur, orang memang sudah tahu tempat mencari barangnya di mana. Mau makan sambil nunggu bisa karena kita kerja sama dengan Reds Dipo dan Dapur Bebek.

Kenapa harga produk clothing tergolong lumayan mahal?
Karena memang ada proses desain yang bisa dengan mudah dihargai sekian. Kreatifitas atau ide itu memang mahal. Kaos seharga 85-95 ribu, sekian puluh persennya adalah ide. Jadi kita kenalkan ke customer bahwa ini lho yang kita jual selain produk, packagingambience toko, pokoknya segalanya. Saya saja renovasi toko hampir setiap tahun. Dan rata-rata semua toko juga begitu. Disini juga kita membuat kartu member dan alhamdullilah tiap hari pasti ada yang memakai atau membuat. Ini tandanya sudah berjalan dengan baik mengingat dulu yang masih iseng untuk membuat program member Flashy, dan ternyata tiap hari selalu ada. Hal ini menandakan bahwa customer mau terus kembali membeli lagi. Inilah yang menjadi tanggung jawab saya. Bagaimana caranya? Ya, ketika mereka membeli produk kita, kita harus memberikan sesuatu, bukan hanya diskon.

E17-ProfilBiodata
Nama                            : Ade Andriansyah
Alamat                          : Jl. Dipati Ukur No.1 Bandung
Email                            : flashyshop@yahoo.com
Website                        : www.flashyshop.com
Nama Istri                     : Windy Wulandari
Pendidikan terakhir        : Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar