Kamis, 15 September 2011

beda factory outlet dan distro



Abstrak: Mode busana tidak pernah berhenti berputar dan berkembang, begitu pula dengan industri busana yang terus berlomba untuk mempengaruhi konsumennya.

Berbagai macam kiat dan strategi membidik pasar terus digali oleh para pengusaha, semua bertujuan agar produk busananya dapat diterima oleh masyarakat. Industri busana yang semakin beragam, membuat masyarakat semakin mudah untuk menentukan pilihan sesuai dengan kesempatan dan keinginan yang dibutuhkannya. 

Distro merupakan salah satu alternatif tempat belanja busana yang sedang digemari oleh kawula muda. Selain desain busananya yang eksklusif, warna dan jumlah produk yang terbatas membuat busana disini banyak diminati. 

Oleh sebab itu strategi membangun industri busana yang tepat sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha kreatif ini.
Kata kunci: Strategi, industri fashion, distro


PENDAHULUAN
Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, karena fungsi dasarnya yang melindungi tubuh dan terpenuhinya unsur-unsur kesusilaan, disamping fungsi lain seperti; alat untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan status sosial seseorang. Perkembangan mode yang berlangsung begitu cepat sangat mempengaruhi industri busana di Indonesia.

Dampak globalisasi sangat terasa, karena globalisasi menghadirkan peluang, sekaligus resiko dan tantangan. Salah satu karakteristik dari globalisasi dan pasar bebas adalah kompetisi. Untuk dapat memenangkan kompetisi, maka harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, sekaligus menuntut cara berfikir yang baru.
Industri busana yang ada di pasaran menawarkan bermacam-macam produk dengan berbagai macam kualitas untuk berbagai macam klaster.

Produk fashion yang paling bervariasi adalah busana remaja, hal ini tentu saja sangat berhubungan dengan usia mereka yang penuh dengan cita-cita dan imajinasi, serta ingin tampil beda dengan yang lain.

Beberapa gaya dan perilaku remaja serta ucapan-ucapan mereka seringkali menjadi trend, demikian pula cara berpakaian yang unik dan aneh-aneh sering menjadi sumber inspirasi bagi perancang busana.
Distribution Store, merupakan tempat penjualan produk fashion yang memiliki kekhasan anak-anak remaja.

Distro tidak dapat disamakan dengan Factory Outlet (FO), karena dari sisi idealisme, konsep serta produk yang dijualpun berbeda. FO menjual mass produk, sedangkan distro bersifat ekslusif. Desain busana dan ilustrasi, pemilihan warna dan label yang mencerminkan dinamika usia mereka, membuat produk fashion yang ditawarkan oleh distro ini menjadi alternatif pilihan bagi orang-orang yang ingin memiliki street fashion sendiri, eksklusif serta mencerminkan lifestyle yang kental akan roots yang independen.

Trend belanja busana ini tentu saja tidak akan bertahan lama jika tidak disertai dengan manajemen yang baik dan analisis daya saing terhadap industri busana yang sudah ada. Strategi yang tepat untuk mempertahankan model usaha seperti ini, mutlak diperlukan agar dapat menampung kreativitas produk busana yang biasanya dibuat dalam skala kecil dan terbatas tersebut.

INDUSTRI FASHION
Industri fashion di Indonesia saat ini masih dibanjiri produk-produk impor yang murah (terutama dari Cina), yang mutunya juga tidak kalah dengan produk domestik. Oleh karena itu banyak eksekutif puncak dunia masa kini yang memberikan prioritas utama pada peningkatan dan pengendalian mutu produk, sehingga setiap bidang industri, termasuk industri tekstil garment/fashion tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengimplementasikan manajemen mutu total secara optimal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitasnya di pasar domestik. (Pane. D, 2006:20)

Hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan industri fashion diantaranya adalah meningkatkan daya saing pada bidang-bidang pengendalian mutu (Quality Control/QC), pengiriman (Delivery) dan produktivitas (Produktivity) yang harus lebih ditingkatkan secara gradual dan terus menerus (Sustainability).

Selain hal tersebut ekspansi pasar domestik juga harus lebih dipromosikan, karena juga akan mendukung peningkatan ekspor garment, untuk ini dibutuhkan keterampilan-keterampilan manajemen dalam pengembangan produk (Product development), produksi dan distribusi harus diperbaiki, pelatihan-pelatihan professional bidang perancangan busana (fashion design) dan penambahan jenis produk.

Kegiatan-kegiatan perdagangan diaktifkan dan ditingkatkan lagi dengan mengadakan ekspansi pasar domestik untuk pakaian jadi yang mengikuti standar-standar industri.

Industri fashion bukan hanya sekedar bisnis peragaan busana, melainkan bisnis yang agar bisa sukses manajemennya harus ditangani secara serius dan lebih hati-hati seperti pada industri lainnya. Efisiensi produksi, mutu yang tinggi, ketepatan waktu pengiriman, system inventarisasi dan distribusi yang terkelola dengan baik dll. Manajemen yang baik dalam industri fashion juga memerlukan organisasi perusahaan yang baik pula.

Produksi harus benar-benar terencana untuk mencapai target dan harus berdasarkan permintaan-permintaan penjualan yang akurat. Untuk mengurangi inventarisasi, harus memproduksi secara efisien dan menghemat pemakaian bahan baku dan penyediaan barang jadi siap jual.

Bisnis fashion juga harus memenuhi persyaratan pelanggan seperti syarat-syarat pengiriman, mutu dan harga. Karena itu, kondisi tempat kerja juga harus menyenangkan dan menarik, agar dapat mempertahankan pegawai untuk bekerja memenuhi standar-standar permintaan pelanggan dan harus menunjukkan kinerja yang baik, agar dapat meyakinkan para pemodal untuk berorientasi dalam industri fashion.

DISTRIBUTION STORE (DISTRO)
Distribution Store atau yang lebih dikenal dengan distro, merupakan perwujudan dari konsep DIY (Do It Yourself) yaitu suatu konsep untuk melakukan segala sesuatunya secara sendiri dan mandiri.

Distro lahir dan tumbuh dari komunitas yang independen, distro pada awalnya merupakan wadah bagi penjualan album, merchandise serta pernak-pernik bagi band-band indie yang memasarkan produk mereka secara independen. Distro menjadi semacam counter culture bagi pelaku industri besar serta merupakan alternatif pilihan bagi selera mainstream masyarakat luas.

Distro, pada awalnya diperkenalkan oleh orang-orang yang tumbuh bersama komunitas independen. Mereka ingin membuat suatu usaha street fashion sendiri yang eksklusif dan mencerminkan lifestyle komunitas tempat mereka berasal.

Sesuatu yang masih langka atau jika boleh dikatakan tidak ada pada waktu itu. Ketika itu berbagai macam merk fashion yang kebanyakan bersifat mass produk atau dengan desain yang kebanyakan menjiplak pada fashion luar. Kalaupun ada street fashion tersebut berasal dari merk luar negeri dengan harga yang luar biasa pula.

Maka lahirlah distro-distro lokal dengan konsep eksklusif serta mengetengahkan idalisme komunitas mereka. Misalnya; komunitas skateboard, surfing, atau musik indie.

Pendirian distro tidak bergantung pada faktor-faktor yang berada di luar mereka, seperti modal misalnya, sebagian besar pelopor distro merintis usahanya dari modal kecil dan modal idealisme yang besar dan semangat juang yang tinggi.

Dari kacamata bisnis, distro dapat membesar dan dikategorikan kedalam industri tersendiri, karena distro sesunggunguhnya tidak akan melenceng dari konsep dan idealisme awal yang telah mereka tetapkan sewaktu pendirian distro tersebut. Mereka hanya akan merilis produk dan ide yang orisinil, desain hasil produksi sendiri serta cara-cara produksi dan pemasaran yang tetap eksklusif.

Sebagian besar dari distro berusaha agar tidak terseret arus menuju arah industrialisasi, tetapi seandainya mereka melenceng dari jalur dan memproduk suatu desain secara masal atau menjual produknya pada jalur-jalur yang mainstream, merekapun masih dapat menyebut diri sebagai distro. Tetapi konsumen yang smart pasti akan memilah mana distro yang memiliki idealisme serta konsep yang jelas dan mana yang murni bisnis belaka tanpa konsep dan isealisme yang jelas.

Distro tidak sama dengan Factory Outlet (FO), karena dari sisi idealisme, konsep serta produk yang dijualpun berbeda. FO menjual mass produk, sedangkan distro bersifat eksklusif.

FO menjual produk ekspor lisensi dari brand luar negeri dan merancang produk berdasarkan desain luar yang diproduksi ulang secara masal dengan sedikit modifikasi pada warna misalnya.

Movement serta cara-cara pemasaran antara distro dan FOpun jauh berbeda, perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan misi serta target, oleh karenanya dari sisi harga FO bisa lebih murah dibandingkan distro (Outlet Jongkok.net)

Produk busana yang ditawarkan di distro memiliki kekhasan anak-anak muda yang unik, ceria dan agak “nyleneh”. Ragam busana yang ditawarkan memiliki desain yang terkadang hingar bingar dan keluar dari “pakem” teori busana, tetapi justru hal seperti itulah yang mereka cari.

Eksklusifitas sebuah busana casual yang bercirikan anak muda dengan segala pernak-perniknya dapat dipenuhi dengan mengunjungi distro. Bahkan, jika dilihat fenomena yang terjadi saat ini, kaum muda merasa lebih percaya diri dengan busana yang tidak diproduksi masal oleh industri busana yang besar yang memiliki label ternama.

MEMBANGUN SEBUAH INDUSTRI FASHION
Peluang bisnis sebenarnya ada di sekitar kita, referensinya juga dapat diperoleh dari lingkungan kita juga dari membaca, mendengar cerita orang lain, seminar dsb. Namun untuk menangkap peluang itu dibutuhkan keberanian, kejelian dan kreativitas bisnis.(Chandra, 2005:29) Menjadi seorang pengusaha memang harus kreatif, bahkan seolah tiada hari tanpa kreativitas, karena itulah di dalam memilih suatu usaha seseorang juga harus kreatif.

Kreatif memerlukan proses, yaitu proses kreatif. Pada awalnya untuk kreatif perlu persiapan, meskipun secara tidak formal, kemudian tinggal bagaimana seseorang tersebut membuat suasana kerja itu kreatif. Pada prosesnya, kreatif membutuhkan konsentrasi. Padahal, pada saat melakukan konsentrasi kemungkinan seseorang akan menemui hambatan atau jalan buntu, sehingga tidak dapat berbuat apa-apa bahkan mengalami frustasi, dan sebenarnya frustasi merupakan bagian dari proses kreatif itu sendiri.
Pada dasarnya konsep bisnis yang dipakai distro adalah Do It Yourself, yaitu suatu konsep untuk melakukan segala sesuatunya secara sendiri dan mandiri.

Mulai dari pencarian ide orisinil mengenai apa yang akan dilakukan dan melaksanakan ide tersebut secara mandiri pula tanpa bergantung atau terpengaruh orang lain. Bagi sebagian orang yang melaksanakan konsep Do It Yourself dengan sungguh-sungguh, konsep tersebut dapat menjelma menjadi suatu idealisme dan way of life tersendiri.(Outlet Jongkok.net)

Fenomena yang selalu terjadi di masyarakat adalah, ketika suatu fashion diterima masyarakat, maka akan banyak yang mengikuti, sehingga menjadi trend yang sifatnya hanya sesaat. Industri fashion tidak bisa diprediksi dengan tepat, apa yang akan digemari oleh masyarakat hanya dapat diprediksi dengan dua kemungkinan; kena di pasaran atau bahkan meleset jauh.

Semua orang ingin menciptakan strategi bisnis yang logis dan membuat strategi itu terlaksana dengan baik. Akan tetapi, untuk mencapai hal ini kebanyakan organisasi bisnis masih menganggap sebagai tujuan yang sulit dipahami. Merancang dan mengimplementasikan strategi baru dan inovatif untuk mengeksploitasi peluang di dunia yang kompetitif adalah sesuatu yang mengecilkan hati.

Strategi sebuah perusahaan harus berevolusi sepanjang waktu sebagai suatu paduan dari strategi yang disengaja dan respons perusahaan terhadap kejadian-kejadian, belajar dari pengalaman dan munculnya informasi serta gagasan baru.

Hal ini merupakan proses penciptaan berulang dari pembuatan dan pengimplementasian keputusan, pengamatan, penganalisisan, dan pembelajaran dari hasil, dan kemudian membuat keputusan-keputusan menjadi baru. Menurut Mc Graw Hill, (2005:5) “Untuk membuat, merencanakan dan mengimplementasikan strategi, pertama orang harus belajar berpikir dalam suatu cara yang menggabungkan yang rasional dan yang naluriah untuk menganalisis baik hard maupun soft data untuk sampai pada interpretasi unik atas peluang.”
Konsep yang ditawarkan distro juga akan lenyap berganti dengan konsep baru yang lebih kreatif.

Oleh sebab itulah diperlukan strategi yang tepat untuk mengelola bisnis fashion ini. Strategi, merupakan konsep jangka panjang dan yang penting berkaitan dengan perubahan. Pemimpin bisnis, dalam upaya mencari masa depan yang cemerlang, harus mempertimbangkan apa yang mungkin ada di depan dan memahami kekuatan pendorong perubahan dan kemungkinan dampaknya pada bisnis.

Pemimpin usaha harus menentukan tindakan apa yang harus mereka ambil saat ini untuk bersiap menghadapi apa yang mereka harapkan dan kehendaki untuk masa depan.
Taktik, kebalikan dari strategi, berfokus pada masa kini.

Taktik menekankan diambilnya tindakan untuk melaksanakan strategi, seperti memenuhi permintaan, memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan, meningkatkan efisiensi dan mengontrol kualitas dan biaya agar memperoleh laba dan mencapai tujuan jangka pendek lainnya.

Istilah, tujuan, strategi dan taktik masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda meskipun ketiganya masuk kedalam fungsi perencanaan bagi manajemen. Tujuan: pada dasarnya, tujuan perusahaan (yang menganut Konsep Pemabaran Kemasyarakatan) adalah memberikan kepuasan kepada kelompok pembeli dan masyarakat yang lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan sejumlah laba, atau rasio antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan.

Strategi: adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan. Taktik: adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik.

Pada umumnya strategi bersifat permanen sehingga sulit dan memakan biaya besar jika diadakan perubahan. Sedangkan taktik sering diubah, apabila taktik lama dianggap kurang memuaskan. Jadi, pada dasarnya taktik ini merupakan alat jangka pendek untuk menunjang strategi. (Dharmmesta, 2000:2.21)

Bukti bahwa strategi dan operasi mutakhir bisnis itu efektif adalah profitabilitas dan trend yang positif. Manajemen harus terus menerus mempertanyakan apakah strategi mutakhir ini akan tetap berhasil di masa depan. Walaupun sebagian strategi dapat bertahan lama, strategi yang berhasil tidak akan bertahan selamanya. Lingkungan berubah, persaingan menajam, dan persyaratan akan bakat kepemimpinan bergeser, strategi harus berubah sebagai respon.

Keberuntungan hanya akan datang kepada mereka yang mempersiapkan diri. (Boone & Bloom, 2006:41) Dalam pemasaran, berada pada tempat yang tepat berarti menyesuaikan diri dengan lingkungan pemasaran.

Lingkungan pemasaran terdiri dari kekuatan sosial utama yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan agar dapat beroperasi secara efektif dan menghasilkan keuntungan yang diinginkan. Lingkungan pemasaran akan berubah terus menerus, dan diperlukan kemampuan untuk dapat mengadaptasikan bisnis agar dapat mengambil manfaat dari setiap peluang agar dapat menghindari diri dari segala hal yang mengancam bisnis.

Beberapa faktor sosial dan politik mempengaruhi daya tarik lingkungan tempat suatu bisnis berfungsi, termasuk demografi dan trend, hukum dan regulasi, pajak dan subsidi, kekuatan kelompok minat khusus, serikat buruh dan sikap masyarakat. Ada lima kekuatan yang mendefinisikan persaingan industri (Michael Porter dalam Boone & Bloom, 2006:35): 1. Ancaman dari pemain baru
2. Kekuatan pembeli
3. Kekuatan pemasok
4. Ancaman dari produk pengganti
5. Intensitas persaingan di kalangan para pesaing yang ada
Masing-masing kekuatan ini menanamkan pengaruh pada daya saing dan profitabilitas industri.

MEMENANGKAN PASAR MELALUI PERENCANAAN STRATEGIS
Bagaimana suatu perusahaan dapat bersaing dalam pasar global, adalah adanya komitmen untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan pelanggan, dan perusahaan yang berhasil serta memiliki kinerja yang baik tahu bagaimana cara menyesuaikan diri dengan pasar yang terus-menerus berubah. Mereka menjalankan seni perencanaan strategis yang berorientasi pasar.

Perencanaan strategis yang berorientasi pasar, menurut Kotler (1997:57), adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian, dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan.

Konsep yang mendasari perencanaan strategis muncul pada tahun 1970an sebagai tanggapan atas kejutan beruntun yang menghantam industri Amerika Serikat-krisis enerji , inflasi yang tinggi, stagnasi ekonomi, keunggulan kompetitif perusahaan Jepang, deregulasi industri-industri penting.

Perusahaan-perusahaan Amerika tidak dapat lagi hanya mengandalkan pada proyeksi pertumbuhan sederhana dalam perencanaan produksi, penjualan dan laba. Saat ini, tujuan utama perencanaan strategis adalah untuk membantu perusahaan memilih dan mengelola usahanya sehingga perusahaan akan tetap sehat walaupun peristiwa yang tidak diharapkan melanda usaha atau lini produk tertentu.
Perencanaan strategis memerlukan tiga kekuatan kunci.

Pertama, adalah perlu mengelola usaha perusahaan sebagai suatu portofolio investasi. Setiap usaha memiliki potensi laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan harus dialokasikan dengan tepat. Kedua, mencakup pengevaluasian setiap unit usaha secara tepat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan dalam pasar tersebut.

Ketiga, strategi, setiap usaha harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Karena, tidak ada suatu strategi yang optimal bagi semua perusahaan dalam usaha tersebut, setiap perusahaan harus harus menentukan strategi apa yang paling sesuai dari sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan sumber dayanya. Setiap strategi dapat berhasil dalam situasi yang tepat.

Rencana strategis untuk sebuah unit bisnis atau bisnis independen merupakan dokumen konseptual high-level yang mencanangkan tujuan bisnis dan menentukan arahnya. Tujuan utama suatu bisnis dapat dideskripsikan dari segi siapa yang akan dilayaninya, jenis produk atau jasa yang diberikan, dan bagaimana secara umum, bisnis itu berencana memenuhi kebutuhan pelanggan sasarannya. Kejelasan strategis mengenai tujuan bisnis ini merupakan sesuatu yang kritis karena tujuan itu menggambarkan apa yang dilakukan dan tidak dilakukan perusahaan itu.

MENANG PERSAINGAN DENGAN KEY SUCCESS FACTOR
Suatu usaha tanpa pesaing akan terasa hambar, kurang semangat, kurang menggairahkan dan tidak bisa dibandingkan. Namun banyaknya pesaing juga membuat ancaman. Apalagi jika pesaing tersebut memiliki banyak kelebihan dari usaha tersebut. Ada teori ESKF (External Key Success Factor) dan IKSF (Internal Key Success Factor). Teori inilah yang biasa dipakai untuk menganalisis kondisi perusahaan dengan kondisi perusahaan pesaing.

ESKF adalah faktor-faktor kunci kesuksesan dari luar suatu perusahaan pada bidang usaha tertentu, namun karena pesatnya persaingan, untuk bisa lebih sukses dari pesaing atau pemain yang sudah ada, maka perlu digali juga IKSF atau keunggulan-keunggulan kita sendiri, selain tetap memanfaatkan ESKF pesaing.

Persaingan dalam usaha sangatlah lumrah dan alami. Untuk bisa memenangkan persaingan diperlukan penggalian, pengembangan dan penerapan kunci sukses secara internal maupun eksternal. Bila kunci sukses dirasakan belum cukup, maka dapat ditambahkan ‘nilai lain yang bisa mendongkrak omset usaha. Usaha yang berhasil tidak pernah berhenti dari kreativitas, inovasi, dan pembenahan.

Kunci sukses yang lain dalam usaha adalah kejujuran, bagi seorang pengusaha, sifat jujur ibarat mata uang yang berlaku di mana-mana. Menurut Pradhana (2006:197), pengusaha yang jujur akan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di mata para mitra dan koleganya. Kepercayaan dari orang sangatlah penting (investor, karyawan, pemasok, pesaing, dan customer), kesemua unsur tersebut akan memberi sisi positif jika pengusaha bersikap jujur kepada mereka.

KESIMPULAN

Industri fashion di Indonesia saat ini masih kalah bersaing dengan produk-produk dari luar negeri terutama dari Cina. Hal ini semata-mata disebabkan oleh pelaksanaan manajemen yang tidak sesuai dengan standar internasional.

Pasar domestik dibanjiri dengan produk-produk impor murah yang kualitasnya tidak kalah dengan dengan produk domestik.
Namun demikian, pasar tidak dapat didikte, karena trend busana yang sekarang terjadi adalah kebosanan kawula muda terhadap produk masal.

Mereka lebih menyukai street fashion daripada fashion dengan label industri besar. Lahirnya distro-distro lokal dengan konsep eksklusif yang mengetengahkan idealisme serta mencerminkan lifestyle yang kental akan roots yang independen, menjadi alternatif pilihan mereka.

Pendirian distro tidak bergantung pada faktor-faktor yang berada di luar mereka, seperti modal misalnya, sebagian besar pelopor distro merintis usahanya dari modal kecil dan modal idealisme yang besar serta semangat juang yang tinggi.

Konsep yang ditawarkan distro suatu saat akan lenyap berganti dengan konsep baru yang lebih kreatif. Oleh sebab itulah diperlukan strategi yang tepat untuk mengelola bisnis fashion ini. Memang suatu usaha tanpa pesaing akan terasa hambar, kurang semangat, kurang menggairahkan dan tidak bisa dibandingkan. Namun banyaknya pesaing juga membuat ancaman.

Suatu perusahaan dapat bersaing di pasar, karena adanya komitmen untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan pelanggan, dan perusahaan yang berhasil serta memiliki kinerja yang baik tahu bagaimana cara menyesuaikan diri dengan pasar yang terus-menerus berubah.

Untuk bisa memenangkan persaingan diperlukan penggalian, pengembangan dan penerapan kunci sukses secara internal maupun eksternal. Bila kunci sukses dirasakan belum cukup, maka dapat ditambahkan ‘nilai lain yang bisa mendongkrak omset usaha. Usaha yang berhasil tidak pernah berhenti dari kreativitas, inovasi, dan pembenahan.

DAFTAR PUSTAKA
Boone, Louise N & Bloom, Paul N. 2006. Strategi Pemasaran Produk: 18 Langkah
Membangun Jaring Pemasaran Produk yang Kokoh. Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher.
Dharmmesta, Basu Swasta. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hill. McGraw. 2005. How To Plan and Execute Strategy. Jakarta: PT Media Global
Edukasi.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol. Jakarta: PT Prehallindo.
Pane, Dharmayuwati. 2006. Strategi Pengembangan & Pengendalian Mutu Produk Tekstil
& Garment dalam Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional “Meningkatkan Potensi Daerah Melalui Optimalisasi Manajemen
Industri Fashion” UNNES Semarang. 20 Juni 2006
Pradhana, Masbukhin. 2006. Cara Brilian menjadi Karyawan Beromzet Miliaran. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia.
Ukhies. 2006. Distro Versus Factory Outlet.
(www.yahoo.com.fashiondistro.outletJongkok.net), diakses 25 Agustus 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar