Abstrak: Mode busana tidak pernah
berhenti berputar dan berkembang, begitu pula dengan industri busana
yang terus berlomba untuk mempengaruhi konsumennya.
Berbagai macam kiat
dan strategi membidik pasar terus digali oleh para pengusaha, semua
bertujuan agar produk busananya dapat diterima oleh masyarakat. Industri
busana yang semakin beragam, membuat masyarakat semakin mudah untuk
menentukan pilihan sesuai dengan kesempatan dan keinginan yang
dibutuhkannya.
Distro merupakan salah satu alternatif tempat belanja
busana yang sedang digemari oleh kawula muda. Selain desain busananya
yang eksklusif, warna dan jumlah produk yang terbatas membuat busana
disini banyak diminati.
Oleh sebab itu strategi membangun industri
busana yang tepat sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan dan
mengembangkan usaha kreatif ini.
Kata kunci: Strategi, industri fashion, distro
PENDAHULUAN
Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, karena
fungsi dasarnya yang melindungi tubuh dan terpenuhinya unsur-unsur
kesusilaan, disamping fungsi lain seperti; alat untuk mengekspresikan
diri dan menunjukkan status sosial seseorang. Perkembangan mode yang
berlangsung begitu cepat sangat mempengaruhi industri busana di
Indonesia.
Dampak globalisasi sangat terasa, karena globalisasi
menghadirkan peluang, sekaligus resiko dan tantangan. Salah satu
karakteristik dari globalisasi dan pasar bebas adalah kompetisi. Untuk
dapat memenangkan kompetisi, maka harus memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas, sekaligus menuntut cara berfikir yang baru.
Industri busana yang ada di pasaran menawarkan bermacam-macam produk
dengan berbagai macam kualitas untuk berbagai macam klaster.
Produk
fashion yang paling bervariasi adalah busana remaja, hal ini tentu saja
sangat berhubungan dengan usia mereka yang penuh dengan cita-cita dan
imajinasi, serta ingin tampil beda dengan yang lain.
Beberapa gaya dan
perilaku remaja serta ucapan-ucapan mereka seringkali menjadi trend,
demikian pula cara berpakaian yang unik dan aneh-aneh sering menjadi
sumber inspirasi bagi perancang busana.
Distribution Store, merupakan tempat penjualan produk fashion yang
memiliki kekhasan anak-anak remaja.
Distro tidak dapat disamakan dengan
Factory Outlet (FO), karena dari sisi idealisme, konsep serta produk
yang dijualpun berbeda. FO menjual mass produk, sedangkan distro
bersifat ekslusif. Desain busana dan ilustrasi, pemilihan warna dan
label yang mencerminkan dinamika usia mereka, membuat produk fashion
yang ditawarkan oleh distro ini menjadi alternatif pilihan bagi
orang-orang yang ingin memiliki street fashion sendiri, eksklusif serta
mencerminkan lifestyle yang
kental akan roots yang independen.
Trend
belanja busana ini tentu saja tidak akan bertahan lama jika tidak
disertai dengan manajemen yang baik dan analisis daya saing terhadap
industri busana yang sudah ada. Strategi yang tepat untuk mempertahankan
model usaha seperti ini, mutlak diperlukan agar dapat menampung
kreativitas produk busana yang biasanya dibuat dalam skala kecil dan
terbatas tersebut.
INDUSTRI FASHION
Industri fashion di Indonesia saat ini masih dibanjiri produk-produk
impor yang murah (terutama dari Cina), yang mutunya juga tidak kalah
dengan produk domestik. Oleh karena itu banyak eksekutif puncak dunia
masa kini yang memberikan prioritas utama pada peningkatan dan
pengendalian mutu produk, sehingga setiap bidang industri, termasuk
industri tekstil garment/fashion tidak mempunyai pilihan lain, kecuali
mengimplementasikan manajemen mutu total secara optimal untuk
meningkatkan daya saing dan produktivitasnya di pasar domestik. (Pane.
D, 2006:20)
Hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan industri fashion
diantaranya adalah meningkatkan daya saing pada bidang-bidang
pengendalian mutu (Quality Control/QC), pengiriman (Delivery) dan
produktivitas (Produktivity) yang harus lebih ditingkatkan secara
gradual dan terus menerus (Sustainability).
Selain hal tersebut ekspansi
pasar domestik juga harus lebih dipromosikan, karena juga akan
mendukung peningkatan ekspor garment, untuk ini dibutuhkan
keterampilan-keterampilan manajemen dalam pengembangan produk (Product
development), produksi dan distribusi harus diperbaiki,
pelatihan-pelatihan professional bidang perancangan busana (fashion
design) dan penambahan jenis produk.
Kegiatan-kegiatan perdagangan
diaktifkan dan ditingkatkan lagi dengan mengadakan ekspansi pasar
domestik untuk pakaian jadi yang mengikuti standar-standar industri.
Industri fashion bukan hanya sekedar bisnis peragaan busana, melainkan
bisnis yang agar bisa sukses manajemennya harus ditangani secara serius
dan lebih hati-hati seperti pada industri lainnya. Efisiensi produksi,
mutu yang tinggi, ketepatan waktu pengiriman, system inventarisasi dan
distribusi yang terkelola dengan baik dll. Manajemen yang baik dalam
industri fashion juga memerlukan organisasi perusahaan yang baik pula.
Produksi harus benar-benar terencana untuk mencapai target dan harus
berdasarkan permintaan-permintaan penjualan yang akurat. Untuk
mengurangi inventarisasi, harus memproduksi secara efisien dan menghemat
pemakaian bahan baku dan penyediaan barang jadi siap jual.
Bisnis
fashion juga harus memenuhi persyaratan pelanggan seperti syarat-syarat
pengiriman, mutu dan harga. Karena itu, kondisi tempat kerja juga harus
menyenangkan dan menarik, agar dapat mempertahankan pegawai untuk
bekerja memenuhi standar-standar permintaan pelanggan dan harus
menunjukkan kinerja yang baik, agar dapat meyakinkan para pemodal untuk
berorientasi dalam industri fashion.
DISTRIBUTION STORE (DISTRO)
Distribution Store atau yang lebih dikenal dengan distro, merupakan
perwujudan dari konsep DIY (Do It Yourself) yaitu suatu konsep untuk
melakukan segala sesuatunya secara sendiri dan mandiri.
Distro lahir dan
tumbuh dari komunitas yang independen, distro pada awalnya merupakan
wadah bagi penjualan album, merchandise serta pernak-pernik bagi
band-band indie yang memasarkan produk mereka secara independen. Distro
menjadi semacam counter culture bagi pelaku industri besar serta
merupakan alternatif pilihan bagi selera mainstream masyarakat luas.
Distro, pada awalnya diperkenalkan oleh orang-orang yang tumbuh bersama
komunitas independen. Mereka ingin membuat suatu usaha street fashion
sendiri yang eksklusif dan mencerminkan lifestyle komunitas tempat
mereka berasal.
Sesuatu yang masih langka atau jika boleh dikatakan
tidak ada pada waktu itu. Ketika itu berbagai macam merk fashion yang
kebanyakan bersifat mass produk atau dengan desain yang kebanyakan
menjiplak pada fashion luar. Kalaupun ada street fashion tersebut
berasal dari merk luar negeri dengan harga yang luar biasa pula.
Maka
lahirlah
distro-distro lokal dengan konsep eksklusif serta
mengetengahkan idalisme komunitas mereka. Misalnya; komunitas
skateboard, surfing, atau musik indie.
Pendirian distro tidak bergantung pada faktor-faktor yang berada di luar
mereka, seperti modal misalnya, sebagian besar pelopor distro merintis
usahanya dari modal kecil dan modal idealisme yang besar dan semangat
juang yang tinggi.
Dari kacamata bisnis, distro dapat membesar dan
dikategorikan kedalam industri tersendiri, karena distro sesunggunguhnya
tidak akan melenceng dari konsep dan idealisme awal yang telah mereka
tetapkan sewaktu pendirian distro tersebut. Mereka hanya akan merilis
produk dan ide yang orisinil, desain hasil produksi sendiri serta
cara-cara produksi dan pemasaran yang tetap eksklusif.
Sebagian besar
dari distro berusaha agar tidak terseret arus menuju arah
industrialisasi, tetapi seandainya mereka melenceng dari jalur dan
memproduk suatu desain secara masal atau menjual produknya pada
jalur-jalur yang mainstream, merekapun masih dapat menyebut diri sebagai
distro. Tetapi konsumen yang smart pasti akan memilah mana distro yang
memiliki idealisme serta konsep yang jelas dan mana yang murni bisnis
belaka tanpa konsep dan isealisme yang jelas.
Distro tidak sama dengan Factory Outlet (FO), karena dari sisi
idealisme, konsep serta produk yang dijualpun berbeda. FO menjual mass
produk, sedangkan distro bersifat eksklusif.
FO menjual produk ekspor
lisensi dari brand luar negeri dan merancang produk berdasarkan desain
luar yang diproduksi ulang secara masal dengan sedikit modifikasi pada
warna misalnya.
Movement serta cara-cara pemasaran antara distro dan
FOpun jauh berbeda, perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya
perbedaan misi serta target, oleh karenanya dari sisi harga FO bisa
lebih murah dibandingkan distro (Outlet Jongkok.net)
Produk busana yang ditawarkan di distro memiliki kekhasan anak-anak muda
yang unik, ceria dan agak “nyleneh”. Ragam busana yang ditawarkan
memiliki desain yang terkadang hingar bingar dan keluar dari “pakem”
teori busana, tetapi justru hal seperti itulah yang mereka cari.
Eksklusifitas sebuah busana casual yang bercirikan anak muda dengan
segala pernak-perniknya dapat dipenuhi dengan mengunjungi distro.
Bahkan, jika dilihat fenomena yang terjadi saat ini, kaum muda merasa
lebih percaya diri dengan busana yang tidak diproduksi masal oleh
industri busana yang besar yang memiliki label ternama.
MEMBANGUN SEBUAH INDUSTRI FASHION
Peluang bisnis sebenarnya ada di sekitar kita, referensinya juga dapat
diperoleh dari lingkungan kita juga dari membaca, mendengar cerita orang
lain, seminar dsb. Namun untuk menangkap peluang itu dibutuhkan
keberanian, kejelian dan kreativitas bisnis.(Chandra, 2005:29) Menjadi
seorang pengusaha memang harus kreatif, bahkan seolah tiada hari tanpa
kreativitas, karena itulah di dalam memilih suatu usaha seseorang juga
harus kreatif.
Kreatif memerlukan proses, yaitu proses kreatif. Pada
awalnya untuk kreatif perlu persiapan, meskipun secara tidak formal,
kemudian tinggal bagaimana seseorang tersebut membuat suasana kerja itu
kreatif. Pada prosesnya, kreatif membutuhkan konsentrasi. Padahal, pada
saat melakukan konsentrasi kemungkinan seseorang akan menemui hambatan
atau jalan buntu, sehingga tidak dapat berbuat apa-apa bahkan mengalami
frustasi, dan sebenarnya frustasi merupakan bagian dari proses kreatif
itu sendiri.
Pada dasarnya konsep bisnis yang dipakai distro adalah Do It Yourself,
yaitu suatu konsep untuk melakukan segala sesuatunya secara sendiri dan
mandiri.
Mulai dari pencarian ide orisinil mengenai apa yang akan
dilakukan dan melaksanakan ide tersebut secara mandiri pula tanpa
bergantung atau terpengaruh orang lain. Bagi sebagian orang yang
melaksanakan konsep Do It Yourself dengan sungguh-sungguh, konsep
tersebut dapat menjelma menjadi suatu idealisme dan way of life
tersendiri.(Outlet Jongkok.net)
Fenomena yang selalu terjadi di masyarakat adalah, ketika suatu fashion
diterima masyarakat, maka akan banyak yang mengikuti, sehingga menjadi
trend yang sifatnya hanya sesaat. Industri fashion tidak bisa diprediksi
dengan tepat, apa yang akan digemari oleh masyarakat hanya dapat
diprediksi dengan dua kemungkinan; kena di pasaran atau bahkan meleset
jauh.
Semua orang ingin menciptakan strategi bisnis yang logis dan membuat
strategi itu terlaksana dengan baik. Akan tetapi, untuk mencapai hal ini
kebanyakan organisasi bisnis masih menganggap sebagai tujuan yang sulit
dipahami. Merancang dan mengimplementasikan strategi baru dan inovatif
untuk mengeksploitasi peluang di dunia yang kompetitif adalah sesuatu
yang mengecilkan hati.
Strategi sebuah perusahaan harus berevolusi
sepanjang waktu sebagai suatu paduan dari strategi yang disengaja dan
respons perusahaan terhadap kejadian-kejadian, belajar dari pengalaman
dan munculnya informasi serta gagasan baru.
Hal ini merupakan proses
penciptaan berulang dari pembuatan dan pengimplementasian keputusan,
pengamatan, penganalisisan, dan pembelajaran dari hasil, dan kemudian
membuat keputusan-keputusan menjadi baru. Menurut Mc Graw Hill, (2005:5)
“Untuk membuat, merencanakan dan mengimplementasikan strategi,
pertama
orang harus belajar berpikir dalam suatu cara yang menggabungkan yang
rasional dan yang naluriah untuk menganalisis baik hard maupun soft data
untuk sampai pada interpretasi unik atas peluang.”
Konsep yang ditawarkan distro juga akan lenyap berganti dengan konsep
baru yang lebih kreatif.
Oleh sebab itulah diperlukan strategi yang
tepat untuk mengelola bisnis fashion ini. Strategi, merupakan konsep
jangka panjang dan yang penting berkaitan dengan perubahan. Pemimpin
bisnis, dalam upaya mencari masa depan yang cemerlang, harus
mempertimbangkan apa yang mungkin ada di depan dan memahami kekuatan
pendorong perubahan dan kemungkinan dampaknya pada bisnis.
Pemimpin
usaha harus menentukan tindakan apa yang harus mereka ambil saat ini
untuk bersiap menghadapi apa yang mereka harapkan dan kehendaki untuk
masa depan.
Taktik, kebalikan dari strategi, berfokus pada masa kini.
Taktik
menekankan diambilnya tindakan untuk melaksanakan strategi, seperti
memenuhi permintaan, memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan,
meningkatkan efisiensi dan mengontrol kualitas dan biaya agar memperoleh
laba dan mencapai tujuan jangka pendek lainnya.
Istilah, tujuan, strategi dan taktik masing-masing mempunyai pengertian
yang berbeda meskipun ketiganya masuk kedalam fungsi perencanaan bagi
manajemen. Tujuan: pada dasarnya, tujuan perusahaan (yang menganut
Konsep Pemabaran Kemasyarakatan) adalah memberikan kepuasan kepada
kelompok pembeli dan masyarakat yang lain dalam pertukarannya untuk
mendapatkan sejumlah laba, atau rasio antara penghasilan dan biaya yang
menguntungkan.
Strategi: adalah suatu rencana yang diutamakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan
yang sama, tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut
dapat berbeda. Jadi strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan.
Taktik: adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai
untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan
strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik.
Pada umumnya strategi bersifat permanen sehingga sulit dan memakan biaya
besar jika diadakan perubahan. Sedangkan taktik sering diubah, apabila
taktik lama dianggap kurang memuaskan. Jadi, pada dasarnya taktik ini
merupakan alat jangka pendek untuk menunjang strategi. (Dharmmesta,
2000:2.21)
Bukti bahwa strategi dan operasi mutakhir bisnis itu efektif adalah
profitabilitas dan trend yang positif. Manajemen harus terus menerus
mempertanyakan apakah strategi mutakhir ini akan tetap berhasil di masa
depan. Walaupun sebagian strategi dapat bertahan lama, strategi yang
berhasil tidak akan bertahan selamanya. Lingkungan berubah, persaingan
menajam, dan persyaratan akan bakat kepemimpinan bergeser, strategi
harus berubah sebagai respon.
Keberuntungan hanya akan datang kepada mereka yang mempersiapkan diri.
(Boone & Bloom, 2006:41) Dalam pemasaran, berada pada tempat yang
tepat berarti menyesuaikan diri dengan lingkungan pemasaran.
Lingkungan
pemasaran terdiri dari kekuatan sosial utama yang tidak dapat
dikendalikan, namun dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan agar dapat
beroperasi secara efektif dan
menghasilkan keuntungan yang diinginkan.
Lingkungan pemasaran akan berubah terus menerus, dan diperlukan
kemampuan untuk dapat mengadaptasikan bisnis agar dapat mengambil
manfaat dari setiap peluang agar dapat menghindari diri dari segala hal
yang mengancam bisnis.
Beberapa faktor sosial dan politik mempengaruhi daya tarik lingkungan
tempat suatu bisnis berfungsi, termasuk demografi dan trend, hukum dan
regulasi, pajak dan subsidi, kekuatan kelompok minat khusus, serikat
buruh dan sikap masyarakat. Ada lima kekuatan yang mendefinisikan
persaingan industri (Michael Porter dalam Boone & Bloom, 2006:35):
1.
Ancaman dari pemain baru
2. Kekuatan pembeli
3. Kekuatan pemasok
4. Ancaman dari produk pengganti
5. Intensitas persaingan di kalangan para pesaing yang ada
Masing-masing kekuatan ini menanamkan pengaruh pada daya saing dan profitabilitas industri.
MEMENANGKAN PASAR MELALUI PERENCANAAN STRATEGIS
Bagaimana suatu perusahaan dapat bersaing dalam pasar global, adalah
adanya komitmen untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan pelanggan,
dan perusahaan yang berhasil serta memiliki kinerja yang baik tahu
bagaimana cara menyesuaikan diri dengan pasar yang terus-menerus
berubah. Mereka menjalankan seni perencanaan strategis yang berorientasi
pasar.
Perencanaan strategis yang berorientasi pasar, menurut Kotler (1997:57),
adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan,
keahlian, dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang
terus berubah. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan
menyempurnakan usaha dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba
dan pertumbuhan.
Konsep yang mendasari perencanaan strategis muncul pada tahun 1970an
sebagai tanggapan atas kejutan beruntun yang menghantam industri Amerika
Serikat-krisis enerji , inflasi yang tinggi, stagnasi ekonomi,
keunggulan kompetitif perusahaan Jepang, deregulasi industri-industri
penting.
Perusahaan-perusahaan Amerika tidak dapat lagi hanya
mengandalkan pada proyeksi pertumbuhan sederhana dalam perencanaan
produksi, penjualan dan laba. Saat ini, tujuan utama perencanaan
strategis adalah untuk membantu perusahaan memilih dan mengelola
usahanya sehingga perusahaan akan tetap sehat walaupun peristiwa yang
tidak diharapkan melanda usaha atau lini produk tertentu.
Perencanaan strategis memerlukan tiga kekuatan kunci.
Pertama, adalah
perlu mengelola usaha perusahaan sebagai suatu portofolio investasi.
Setiap usaha memiliki potensi laba yang berbeda, dan sumberdaya yang
dimiliki perusahaan harus dialokasikan dengan tepat. Kedua, mencakup
pengevaluasian setiap unit usaha secara tepat dengan mempertimbangkan
tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan dalam
pasar tersebut.
Ketiga, strategi, setiap usaha harus mengembangkan suatu
rencana permainan untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Karena,
tidak ada suatu strategi yang optimal bagi semua perusahaan dalam usaha
tersebut, setiap perusahaan harus harus menentukan strategi apa yang
paling sesuai dari sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang,
keahlian, dan sumber dayanya. Setiap strategi dapat berhasil dalam
situasi yang tepat.
Rencana strategis untuk sebuah unit bisnis atau bisnis independen
merupakan dokumen konseptual high-level yang mencanangkan tujuan bisnis
dan menentukan arahnya. Tujuan utama suatu bisnis dapat dideskripsikan
dari segi siapa yang akan dilayaninya, jenis produk atau jasa yang
diberikan, dan bagaimana secara umum, bisnis itu berencana memenuhi
kebutuhan pelanggan sasarannya. Kejelasan strategis mengenai tujuan
bisnis ini merupakan sesuatu yang kritis karena tujuan itu menggambarkan
apa yang dilakukan dan tidak dilakukan perusahaan itu.
MENANG PERSAINGAN DENGAN KEY SUCCESS FACTOR
Suatu usaha tanpa pesaing akan terasa hambar, kurang semangat, kurang
menggairahkan dan tidak bisa dibandingkan. Namun banyaknya pesaing juga
membuat ancaman. Apalagi jika pesaing tersebut memiliki banyak kelebihan
dari usaha tersebut. Ada teori ESKF (External Key Success Factor) dan
IKSF (Internal Key Success Factor). Teori inilah yang biasa dipakai
untuk menganalisis kondisi perusahaan dengan kondisi perusahaan pesaing.
ESKF adalah faktor-faktor kunci kesuksesan dari luar suatu perusahaan
pada bidang usaha tertentu, namun karena pesatnya persaingan, untuk bisa
lebih sukses dari pesaing atau pemain yang sudah ada, maka perlu digali
juga IKSF atau keunggulan-keunggulan kita sendiri, selain tetap
memanfaatkan ESKF pesaing.
Persaingan dalam usaha sangatlah lumrah dan
alami. Untuk bisa memenangkan persaingan diperlukan penggalian,
pengembangan dan penerapan kunci sukses secara internal maupun
eksternal. Bila kunci sukses dirasakan belum cukup, maka dapat
ditambahkan ‘nilai lain yang bisa mendongkrak omset usaha. Usaha yang
berhasil tidak pernah berhenti dari kreativitas, inovasi, dan
pembenahan.
Kunci sukses yang lain dalam usaha adalah kejujuran, bagi seorang
pengusaha, sifat jujur ibarat mata uang yang berlaku di mana-mana.
Menurut Pradhana (2006:197), pengusaha yang jujur akan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi di mata para mitra dan koleganya. Kepercayaan
dari orang sangatlah penting (investor, karyawan, pemasok, pesaing, dan
customer), kesemua unsur tersebut akan memberi sisi positif jika
pengusaha bersikap jujur kepada mereka.
KESIMPULAN
Industri fashion di Indonesia saat ini masih kalah bersaing dengan
produk-produk dari luar negeri terutama dari Cina. Hal ini semata-mata
disebabkan oleh pelaksanaan manajemen yang tidak sesuai dengan standar
internasional.
Pasar domestik dibanjiri dengan produk-produk impor murah
yang kualitasnya tidak kalah dengan dengan produk domestik.
Namun demikian, pasar tidak dapat didikte, karena trend busana yang
sekarang terjadi adalah kebosanan kawula muda terhadap produk masal.
Mereka lebih menyukai
street fashion daripada fashion dengan label
industri besar. Lahirnya distro-distro lokal dengan konsep eksklusif
yang mengetengahkan idealisme serta mencerminkan lifestyle yang kental
akan roots yang independen, menjadi alternatif pilihan mereka.
Pendirian distro tidak bergantung pada faktor-faktor yang berada di luar
mereka, seperti modal misalnya, sebagian besar pelopor distro merintis
usahanya dari
modal kecil dan modal idealisme yang besar serta semangat
juang yang tinggi.
Konsep yang ditawarkan distro suatu saat akan lenyap
berganti dengan konsep baru yang lebih kreatif. Oleh sebab itulah
diperlukan strategi yang tepat untuk mengelola bisnis fashion ini.
Memang suatu usaha tanpa pesaing akan terasa hambar, kurang semangat,
kurang menggairahkan dan tidak bisa dibandingkan. Namun banyaknya
pesaing juga membuat ancaman.
Suatu perusahaan dapat bersaing di pasar, karena adanya komitmen untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan pelanggan, dan perusahaan yang
berhasil serta memiliki kinerja yang baik tahu bagaimana cara
menyesuaikan diri dengan pasar yang terus-menerus berubah.
Untuk bisa
memenangkan persaingan diperlukan penggalian, pengembangan dan penerapan
kunci sukses secara internal maupun eksternal. Bila kunci sukses
dirasakan belum cukup, maka dapat ditambahkan ‘nilai lain yang bisa
mendongkrak omset usaha. Usaha yang berhasil tidak pernah berhenti dari
kreativitas, inovasi, dan pembenahan.
DAFTAR PUSTAKA
Boone, Louise N & Bloom, Paul N. 2006. Strategi Pemasaran Produk: 18 Langkah
Membangun Jaring Pemasaran Produk yang Kokoh. Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher.
Dharmmesta, Basu Swasta. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hill. McGraw. 2005. How To Plan and Execute Strategy. Jakarta: PT Media Global
Edukasi.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol. Jakarta: PT Prehallindo.
Pane, Dharmayuwati. 2006. Strategi Pengembangan & Pengendalian Mutu Produk Tekstil
& Garment dalam Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional “Meningkatkan Potensi Daerah Melalui Optimalisasi Manajemen
Industri Fashion” UNNES Semarang. 20 Juni 2006
Pradhana, Masbukhin. 2006. Cara Brilian menjadi Karyawan Beromzet Miliaran. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia.
Ukhies. 2006. Distro Versus Factory Outlet.
(www.yahoo.com.fashiondistro.outletJongkok.net), diakses 25 Agustus 2006.