Selasa, 15 Maret 2011

okezone distro

DISTRO berasal dari singkatan distribution store. Berfungsi menerima titipan dari berbagai merek dari clothing company lokal yang memproduksi sendiri produknya.

Dikarenakan belum mempunyai tempat pemasaran sendiri atau ingin memperluas pemasarannya, clothing company ini akrab disebut dengan distro. Bila ditanya siapa pelopor berdirinya clothing company dan distro di Bandung? Pasti sulit mencari jawaban yang pasti karena semua berawal dari usaha kecil dengan gaya promosi dari mulut ke mulut.

Adapun clothing company adalah produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula. Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekadar menitipkan produk mereka ke distro. Kehadiran sejumlah distro dapat dibilang sudah menjadi sebuah fenomena. Hal ini membuat para pelaku distro tidak lagi dipandang sebelah mata, dan juga sudah menjadi sebuah industri, bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan.

Salah satu penyebab kehadiran distro adalah krisis moneter yang melanda Indonesia pada beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut mengakibatkan harga produk sandang, pangan, dan papan melangit. Khusus untuk produk sandang atau pakaian, memicu banyak anak muda untuk menyediakan produk ready to wear dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang cukup baik.

Selain itu, distro menawarkan desain baru dan umumnya tidak memproduksi dalam jumlah massal. Karena itu, konsumen tidak perlu khawatir produk distro yang dibelinya pasaran. Hal pertama yang harus dimiliki ketika hendak membuat sebuah distro adalah semangat dan idealisme yang tinggi untuk menjalankan bisnis independen ini.

Karena berbeda dengan bisnis umum lainnya, bisnis clothing/distro membutuhkan idealisme tersendiri agar clothing/distro tersebut bisa memiliki visi dan karakter yang jelas. Selain itu usaha ini memiliki semangat kemandirian dan militansi yang tinggi untuk menjalankan bisnis independen ini.

Menurut pengelola distro Bandung Mode, Irvan Darwin, distro merupakan salah satu industri kreatif yang mungkin paling besar mendapatkan reaksi positif dari masyarakat. Indikasinya terlihat dari tingginya minat masyarakat membeli berbagai produk barang yang dititipkan di distro.

Apalagi pada umumnya berbagai barang yang dijual di distro relatif mengikuti perkembangan kebutuhan anak muda. Karena itu tidak heran kalau semua produk yang dihasilkan clothing relative mendapatkan respons positif dari anak muda. "Target pasarnya cenderung ke anak muda. 15-25 tahunlah. Namun, masyarakat yang berusia 40 tahun ke bawah juga suka membeli produk distro," sebutnya.

Dia menuturkan, sebenarnya masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak untuk memulai berinvestasi pada distro. Cukup Rp500.000, masyarakat sudah bisa berusaha pada bisnis ini. Dana sebesar itu dipergunakan untuk membuat beberapa baju dengan desain menarik. Untuk menjualnya, tinggal melakukan pendekatan kepada teman pribadi.

Irvan berkeyakinan cara tersebut relatif berhasil dalam menjual produk tersebut. Sebab, pada saat pertama kali membuka usaha ini pada 2006 lalu, Irvan hanya mengeluarkan uang di bawah Rp500.000. Namun sekarang, Irvan telah berhasil menjual produknya di Sumatera Barat. Dia berharap dalam waktu dekat, akan kembali membuka distro di berbagai daerah lainnya.

Selain memiliki modal awal, bagi yang hendak membuka distro harus juga mempunyai kreativitas. Khususnya dalam menghasilkan berbagai produk, seperti t-shirt, dan jaket. Sebab, salah satu ciri khas bisnis distro adalah jumlah jenis barang yang dijual harus terbatas. Karena itulah, tanpa adanya kreativitas yang tinggi, akan mustahil menjual berbagai produk yang "segar".

Setelah mengetahui berbagai celah yang bisa dimasuki dalam usaha ini, dia berkeyakinan hanya dalam waktu yang relatif tidak lama, masyarakat sudah bisa merasakan balik modal. "Untuk penjualan ritel, satu baju bisa mendapatkan keuntungan antara 20 persen hingga 30 persen," tuturnya.

Owner Saqina Distro Busana dan Perlengkapan Muslim, Ines Handayani, menjelaskan, usaha distro dipilihnya karena usaha jenis ini cenderung bisa eksis ketika pasar sedang jenuh. Ini karena jumlah produk yang ditawarkan dan sistem penjualannya relatif berbeda dengan factory outlet.

Ines mulai berusaha pada distro pada 2004. Pada saat itu, dirinya mengeluarkan biaya sebesar Rp100 juta untuk investasi aset bangunan yang terletak di Jln Duren Tiga Raya, Jakarta Selatan. Sementara untuk isi toko sebesar Rp5 juta. Dengan bekerja keras, pada saat ini Ines telah memiliki beberapa outlet di sejumlah daerah, seperti di Jawa Timur.

Owner Distribution Outlet "Sempurna" Ahmad setiawan Putra, mengaku, modal awal untuk membuka usaha hanya Rp500.000. Dana sebesar itu dipergunakan membuat beberapa baju. "Kemudian saya tawarkan ke teman-teman," ucapnya.
(sindo//tty)

http://lifestyle.okezone.com/read/2008/11/10/29/162307/search.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar