Kamis, 17 Februari 2011

industri Kreatif Berkontribusi Positif Terhadap Perekonomian Daerah


Industri Kreatif Berkontribusi Positif Terhadap Perekonomian Daerah

Laporan oleh: Eka Bahtera
[Unpad.ac.id, 3/05] Kita perlu membangun sistem industri kreatif di Jawa Barat karena industri kreatif mampu memberikan sumbangan positif terhadap perekonomian daerah. Salah satu cara untuk mengembangkan industri kreatif di Jawa Barat adalah dengan membangun pendidikan berbasis kreatifitas dan jiwa kewirausahaan atau enterpreneurship.
Diskusi Industri Kreatif
Moderator dan para narasumber diskusi Unpad Creative Expo (Foto: Tedi Yusup)
“Salah satu industri strategis yang dapat memberikan solusi permasalah dalam bidang ekonomi dan perindustrian adalah mengembangkan industri kreatif . Oleh karena itu kita perlu membangun fondasi ekonomi kreatif,” jelas perwakilan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat, M. Khairi Z.M., saat mengisi acara Diskusi Terbuka Industri Kreatif  dalam rangkaian acara Unpad Creative Expo 2010 di Ruang Executive Lounge, Kampus Unpad, Jln Dipati Ukur No.35 Bandung, Senin (3/05).
Khairi juga mengatakan Desperindag Provinsi Jabar sudah merencanakan program kegiatan tahun 2009-2012 untuk mengembangkan industri kreatif di Jabar. “Program kegiatan telah kami susun, dan yang paling utama adalah, pertama pembentukan forum industri kreatif di Jabar, pengembangan prasarana intelektual, pembangunan ekonomi kreatif, serta penyediaan ruang-ruang publik kreatif,” tuturnya.
“Peran pemerintah sangat besar sebagai regulator, katalisator, dan fasilitator dalam membangun fondasi ekonomi kreatif,” tambah Khairi.
Menaggapi berkembangnya industri kreatif di Jabar, pimpinan Bank Indonesia (BI) Bandung, Yang Ahmad Rizal menjelaskan bahwa peranan dunia perbankan dalam upaya pengembangan industri kreatif di Jabar bertumpu pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Kenapa kita bertumpu pada UMKM, karena sebanyak 66% angkatan kerja Jabar ada di UMKM, dan sebanyak 70% usahanya stabil serta 67% siap menghadapi ACTFA,” ujar Ahmad.
Posisi BI dalam pengembangan industri kreatif di Jabar dilakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang bekerjasama dengan Pemda setempat untuk membantu para usahawan UMKM. “Kami membentuk suatu lembaga kerjasama antara BI dengan Pemda untuk membantu UMKM dalam pengembangan industri kreatif yang lebih lanjut,” ujar Ahmad.
Ahmad juga sangat mendukung perkembangan industri kreatif di Jabar sebagai penyokong perkembangan ekonomi. “Industri kreatif itu dapat sebagai penyokong sektor ekonomi produktif, selain itu dapat juga menjadi industri tersendiri baik jasa maupun produk,” tuturnya.
Peran Perguruan TinggiKemampuan orang dalam melihat peluang dan memanfaatkan kondisi kreatif tidak bisa dipisahkan dari peran perguruan tinggi. Karena basis intelektualistas kreatifitas sebagian besar ada di perguruan tinggi. “Membangun, mendorong, dan memperkenalkan kewirausahaan pada mahasiswa harus dilakukan oleh perguruan tinggi, salah satunya dengan cara menciptakan dan mengembangkan iklim belajar mengajar yang memungkinkan berkembangnya kreatifitas,” jelas Staf Pengajar FISIP Unpad, Slamet Usman Ismanto.
Slamet mengatakan bahwa Unpad sendiri sudah melakukan pembangunan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswanya. “Kami di Unpad sudah punya 41 kelompok wirausaha terdiri dari mahasiswa dan dosen, sebanyak 32 kelompok sudah berjalan, dan kelompok ini memikirkan bagaimana berwirausaha setelah lulus nanti,” ujarnya.
Senada dengan Slamet, Wakil Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) Fiki C. Satari mengatakan banyaknya universitas di Bandung sangat mendukung dalam menjadikan Bandung sebagai kota kreatif. “Banyaknya universitas di Bandung, membuat kami percaya diri untuk menjadi kota kreatif, sebanyak 60% perguruan tinggi ada di Bandung dan 54,6% adalah anak muda dan itu mendukung dalam proses perkembangan industri kreatif,” ujar Fiki.
Perkembangan clothing dan distro di Bandung pun tak luput dari peranan mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi di Bandung. “Tahun 98 berdiri 5-7 brand distro, dan pada tahun 2010 sudah berdiri sebanyak lebih dari 1.000 brand distro di Kota Bandung,” jelas Fiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar